Jumat, 13 Juli 2012

Pendidikan Islam untuk Perbaikan Moral Bangsa

Oleh: Ahmad Ubaidillah Mahasiswa Program Magister Studi Islam UII Yogyakarta

"Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak"

KERUSAKAN moral yang menimpa bangsa Indonesia sudah melewati tahap yang sangat membahayakan karena kerusakan moral tersebut sudah masuk di segala bidang dan dilakukan hampir seluruh komponen bangsa, baik pejabat negara maupun masyarakat umum.

Di sini kita menyaksikan adanya suatu tragedi yang sungguh berseberangan dengan nilai adat, budaya dan agama. Dengan mudahnya kita bisa menyaksikan perilaku pemegang kekuasaan berbuat korupsi atau kelompok masyarakat yang tidak mau tahu dengan segala bingkai moral. Pelanggaran moral baginya dirasakan enteng saja meskipun pesan-pesan luhur yang sering didengarnya mengecam perilaku tersebut. Apa sebenarnya yang salah dengan pendidikan kita?

Di sini kita seakan menyaksikan konsep dan cara kerja pendidikan umum yang tidak mampu membentuk manusia-manusia yang bermoral.

Perlu disadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat telah memberi dampak mendalam dan melebar terhadap perubahan di segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, budaya maupun pendidikan. Namun, pendidikan umum saat ini nampaknya belum mampu memberikan perbaikan moral bagi umat manusia. Padahal, sumbangsih moral sangatlah penting. Oleh karena itu, kita perlu menanamkan pendidikan Islam bagi bangsa, terutama untuk generasi muda.

Kalau kita mengkaji secara mendalam pendidikan Barat yang selama ini kita kenal dan pelajari belum cukup memberikan suatu pencerahan yang bersifat transendental (ketuhanan/kerohaniaan). Hal ini dikarenakan pendidikan Barat berbasis pada filsafat atau paham Rasionalisme yang memiliki tiga tujuan utama. Pertama, tujuan keilmuan. Artinya setiap orang memasuki sesuatu sekolah ia harus memperoleh pengetahuan ilmu atau sains.

Kedua, tujuan keterampilan kerja, artinya, setiap lulusan sekolah harus mampu bekerja atau mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yang pada akhirnya untuk bekerja juga. Ketiga, tujuan kesehatan dan kekuatan fisik, artinya setiap lulusan harus mengetahui cara sehat dan cara menjadi orang kuat.

Jadi, sebenarnya kurikulum pendidikan Barat itu terdiri dari tiga materi pokok yaitu materi kegiatan untuk tujuan penguasaan ilmu (sains), materi kegiatan untuk tujuan penguasaan kemampuan kerja, dan materi kegiatan untuk tujuan sehat serta kuat.

Tujuan pendidikan Barat hampir tidak menyinggung pendidikan moral/akhlak. Akhirnya, boleh dikatakan bahwa sistem pendidikan Barat sekarang ini sering mengalami krisis yang akut. Itu tidak lain karena proses yang terjadi dalam pendidikan yang hanya sekedar pengajaran yang bersifat duniawi semata tanpa memperhitungkan ukhrawi.

Bahkan, Ahmad Tafsir menyatakan bahwa peradaban barat dan sistem pendidikannya hancur dan gagal dalam memanusiakan manusia berawal dari dasar paradigma yang digunakan, yaitu Rasionalisme dan Materialisme.

Pendidikan Islam


Filosofi pendidikan Barat tentu berbeda dengan filosofi pendidikan dalam Islam. Dalam Islam tujuan pertama dan utama pendidikan sekolah (juga pendidikan luar sekolah) adalah pembentukan kepribadian dan akhlak seorang muslim.

Al-Abrasyi misalnya, menjelaskan bahwa kurikulum sekolah harus mendahulukan pembentukan rohani atau hati. Ini berarti pelajaran ketuhanan atau akidah harus diberikan (Al-Abrasyi, 1974:173-186). Ini pertama dan utama. Selanjutnya dijelaskan bahwa al- Farabi, telah menempatkan ilmu ketuhanan sebagai pengetahuan tertinggi, pengetahuan lainnya hanyalah penyerta pengetahuan tertinggi tersebut.

Sedangkan Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi pengetahuan menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Ini artinya bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan.

Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Ia dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa mendatang.

Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi muda, semua elemen bangsa, terutama guru pendidikan Islam, perlu membumikan kembali pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal maupun informal. Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik.

Pertama, Pendidikan akidah/keimanan. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk mencetak generasi muda masa depan yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa) dan terhindar dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan Islam radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan.

Kedua, Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda yang punya komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah. Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat ini hanya dilakukan oleh minoritas generasi muda kita.

Bahkan, tidak sedikit anak remaja yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat diperlukan selain guru juga harus menanamkan secara mantab kepada anak-anak didiknya.

Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian besar dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (keluarga). Dengan pendidikan akhlakul-karimah akan melahirkan generasi rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.

Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *



Editor : Dedypurwadi
Sumber : Bangkapos.com
Bangkapos.com - Jumat, 9 Desember 2011 10:57 WIB



Kritik dan Saran Bisa Anda Sampaikan Pada Kolom Komentar di Bawah. Terima Kasih Kunjungannya Saudaraku.

0 komentar:

Posting Komentar