Sabtu, 23 Februari 2013

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka (Bag. 1/2)

D. Bahan Bakar Api Neraka

Al-Qur’an dengan tegas menjelaskan api neraka yang terus berkobar dan menyala dengan dahsyat itu. Seperti dijelaskan dalam ayat:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

”Peliharalah dirimu dari neraka yanf bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 24)

Dan firman Allah SWT berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim: 6)

Yang dimaksud dengan bahan bakar ialah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalakan api atau mengobarkannya, demikian menurut pendapat Imam Jauhari. Menurut pendapat Abu Ubaidah: “Segala sesuatu yang engkau lemparkan di dalam api berarti engkau telah menjadikannya sebagai bahan bakar.”

Menurut ahli tafsir, manusia yang dijadikan sebagai bahan bakar api neraka itu adalah orang-orang kafir dan musyrik. Adapun mengenai jenis batu yang dijadikan sebagai bahan bakar neraka itu, pada hakekatnya hanyalah Allah yang tahu.

sebagian ulama salaf berpendapat bahwa batu-batu ini ialah jenis batu belerang. Abdullah bin Mas’ud berpendapat bahwa batu-batu itu adalah batu dari belerang yang diciptakan Allah ketika menciptakan langit dan bumi, di langit dunia dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir. Pendapat ini, juga didukung Ibnu Abbas, Mujahid dan Ibnu Juraij.

Ibnu Rajab menyatakan bahwa kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan batu-batu itu adalah batu belerang untuk menyalakan api.

Pendapat ini didasakan atas analisis orang-orang terdahulu bahwa batu belerang mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki jenis batu lainnya. Bara api dan kekuatan panasnya tak terungguli oleh jenis-jenis batu yang lainnya. Dalam hal ini dinyatakan bahwa batu belerang setidaknya ada lima unsur kekhasan, yang tetap dijadikan sebagai alat pembakaran dan penyiksaan, yaitu: Cepat menyala, berbau busuk, banyak berasap, sangat lengket pada badan dan panasnya sangat kuat.

Mengenai hakekat kebenaran jenis batu yang dijadikan sebagai bahan bakar newraka itu, kiranya hanyalah Allah yang mengetahuinya. Yang pasti Allah menjelaskan bahwa bahan bakar api nerka itu ialah “manusia dan batu.” Sebab apa yang ada di akhirat itu, tidak sama persis dengan yang ada di dunia. Kesamaan itu hanyalah pada namanya saja.

Di samping keterangan ayat tersebut di atas, Allah SWT juga menjelaskan di dalam ayat yang lain bahwa bahan bakar neraka itu juga berupa orang-orang yang menyembah berhala dan berhla sembahannya itu. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya. Andaikata berhala-berhala itu tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya.” (QS. Al-Anbiya’: 98-99)

E. Keganasan Binatang-binatang dan Pohon-pohon Neraka yang Menyeramkan

Sebagai tempat untuk menyiksa para penantang Allah dan Rasul-Nya, neraka merupakan tempat paling hina, paling buruk dan paling menyakitkan. Berbagai macam bentuk penyiksaan yang menyeramkan, menghinakan dan menghancur luluhkan, semua ada di dalamnya.

Api yang berkobar menyala-nyala, iar panas, darah, nanah yang mendidih, naungan asap api neraka yang hitam pekat dan udara yang amat panas, merupakan gambaran pemandangan yang sagat mengerikan dan memilukan. Belum lagi binatang-binatang berbisa yang siap menggigit dan menggerogoti tubuh penghuni neraka. Pohon-pohon berduri yang dahan dan tangkainya menjulur ke segenap penjuru neraka menyerupai kepala setan.

Di sebutkan dalam kitab Tanbihul Ghafilin, Abdullah bin Jabir meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda:

”Sesungguhnya di dalam neraka terdapat ular-ular seperti leher unta, dan di dalam neraka juga juga terdapat kalajengking seperti keledai . . . . .”

Imam Mujahid berkata, bahwa ular-ular di dalam neraka Jahannam itu leher-lehernya seperti unta, dan kalajengking seperti keledai. Sekali sengat, seluruh tubuh penghuni neraka mulai ujung rambut sampai ujung kaki, menjadi rontok dan sakitnya belum hilang selama empat puluh kali musim gugur.

Diterangkan dalam suatu riwayat bahwa di dalam neraka terdapat tujuh puluh ribu bukit, setiap bukti memiliki tujuh puluh ribu jurang. Pada setiap jurang terdapat tujuh puluh ribu titik nyala api yang bergejolak, setiap titik api terdapat tujuh puluh ribuu kampung. Setiap kampung terdiri dari tujuh puluh ribu petak ruang, pada setiap petak terdapat terdapat tujuh puluh ribu rumah dari api. Pada tiap-tiap rumah terdapat tujuh puluh ribu ular dan kalajengking yang ganas lagi berbisa. Setiap kalajengking mempunyai tujuh puluh ribu ekor untuk menyengat dan menggigit.

Adapun mengenai pohon-pohon yang ada di dalam neraka, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, ada yang bernama pohon zaqqum yang tumbuh keluar dari dasar neraka Jahim yang menyala-nyala. Mayangnya seperti kepala setan dan buahnya menjadi makanan bagi penduduk neraka. Sebagaimana firman Allah SWT:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum. Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan. (QS. Al-Waqi’ah: 51-56)

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”(Makanan surga) itulah hidangan yang lebih baik daripada ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka Jahim, mayangnya eperti kepala setan-setan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan zaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim. (QS. Ash-Shaffat: 62-68)

Di samping pohon Zaqqum, Al-Qur’an juga menjeaskan mengenai pohon yang ada di dalam neraka itu sebagai pohon yang berduri yang menjadi makanan penghuni neraka, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yng berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS. Al-Ghasyiyah: 6-7)

Menurut imam Qatadah bahwa Ad-Dharii’ adalah pohon berduri dan merupakan makanan yang paling hina dan paling busuk, yang diperuntukkan bagi penduduk neraka. Setelah memakannya, perut dan otaknya menjadi mendidih.

F. Jembatan (Shirat) yang Melintas di Atas Neraka

Di alam akhirat hanya ada dua tempat kembali yang bersifat abadi, yaitu surga dan neraka. Untuk bisa sampai ke surga yang penuh dengan aneka kenikmatan dan kebahagiaan seseorang harus dapat melewati jembatan (shirat). Allah SWT menciptakan jembatan yang melintas di atas neraka yang apinya berkobar menyambar-nyambar. Jembatan itu sangat licin dan menggelincirkan, lebih kecil daripada rambut dan lebih tajam dari mata pedang, lebih kelam daripada kegulitaan malam.

Ia memiliki tujuh lengkungan (tikungan) yang amat tajam. Masing-masing lengkungan, sejauh perjalanan tiga ribu tahun. Seribu tahun melintai tanjakan yang amat tajam, seribu tahun datar dan seribu tahun menurun dengan amat curam. Pada setiap lengkungan terdapat tujuh tampat pemberhentian (pemeriksaan). Di tempat pemberhentian yang bergigi tajam bagaikan ujung panah itu, manusia duduk berhenti menunggu giliran untuk dihisab.

Pada tahap awal manusa ditanya tentang keimanan. Bila selamat dan terbebas dari kekufuran dan riya’, maka loloslah ia, bila tidak maka dilemparkanlah ia ke dalam neraka. Pada tahap kedua manusia ditanya tentang shalat; pada tahap ketiga ditanya tentang zakat; pada tahap keempat ditanya tentang puasa; pada tahap kelima ditanya mengenai haji dan umrah; pada tahap keenam ditanya mengenai wudhu dan mandi jinabat; dan pada tahap ketujuh ditanya mengenai birrul walidain (berbakti pada kedua orangtua), silaturrahmi, dan tentang kezaliman. Bila seseorang dapat lolos dari semua itu, maka selamatlah ia, bila tidak maka ia dilemparkan ke dalam neraka yang penuh dengan segala siksaan yang amat pedih.

Suatu jembatan yang penuh risiko, kegelapan, ketajaman dan kelicinan jembatan itu serta sambaran-sambaran api sangat mendebarkan, menegangkan, membahayakan. Apabila orang yang melintasi jembatan itu terjilat oleh sambaran api, maka ia menjadi hangus dan terbakar dan terpelanting jatuh ke dalam neraka. Dalam satu riwayat dinyatakan bahwa jembatan itu berada di lautan api, orang yang melintasinya dikepung api dari segala penjuru, dari bawah, dari atas, dari samping kiri dan kanan, dari belakang dan depan. Bagi orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dapat dipastikan ia tidak akan selamat melintasi jembatan itu, sehingga ia jatuh ke dalam neraka dan terbakar di dalamnya.

Namun demikian bagi orang yang beriman dan bertakwa serta banyak melakukan amal shaleh, maka ia akan dapat melintasinya dengan selamat tanpa sedikitpun mengalami halangan dan kesulitan, hingga ia dapat sampai ke surga yang telah dijanjikan Allah kepadanya. Sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman Allah SWT berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan tidak ada seorang pun dari padamu melainkan mendatangi neraka itu. Hal ini bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang dzalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 71-72)

Abdurrahman bin Ahmad Al-Qadhi mengatakan bahwa bagi orang-orang yang beriman akan dapat melintasi jembatan itu dengan selamat. Di antara mereka ada yang melintasinya dengan sangat cepat bagaikan kecepatan kilat, ada yang kecepatannya seperti laju kecepatan angin yang berhembus, ada yang seperti kecepatan burung terbang, dan ada pula yang secepat kuda yang berlari dengan kencang, ada yang berkecepatan pelari yang sangat kencang, dan ada pula yang seperti kecepatan pejalan kaki.

Di sampan itu ada juga yang melintasi jembatan itu sehari semalam, ada yang memakan waktu dua bulan, sebaian lagi ada yang memakan waktu sampai atu tahun, dua dan tiga tahun. Bahkan ada yang memakan waktu selama 25.000 tahun dari perhitungan tahun dunia.

Imam Wahab mengkwalifkasikan perbedaan kecepatan golongan manusia yang melintasi jembatan itu dalam tujuh kategori, yaitu:

1. Golongan yang berkecepatan seperti kilat.

2. Golongan yang berkecepatan seperti laju angin yang berhembus.

3. Golongan yang melintasinya bagaikan kecepatan burung terbang yang sangat cepat.

4. Golongan yang melintasinya seperti kecepatan kuda-kuda yang berlari dengan kencang.

5. Golongan yang berkecepatan orang laki-laki yang berlari dengan kuat dan cepat.

6. Golongan yang berkecepatan seperti larinya binatang ternak.

7. Golongan yang melewatinya dengan kecepatan berlari selama sehari semalam.

Ada pula yang mengklarifikasikan perbedaan mereka yang melewati jembatan itu, dalam kategori sebagai berikut:

-- Kelompok yang melewatinya dengan selamat, secepat kedipan mata.

-- Kelompok yang melewatinya secepat kilat.

-- Kelompok yang melintasinya secepat burung terbang.

-- Kelompok yang melewatinya seperti kecepatan unta.

-- Kelompok yang melewatinya dengan kecepatan pelari yang sangat kuat dan cepat.

-- Kelompok yang melewatinya dengan kecepatan pejalan kaki biasa.

-- Kelompok yang melewatinya dengan merangkak.

Seluruh ummat manusia akan melewati jembatan yang penuh tantangan yang sangat berbahaya itu, mulai dari ummat Nabi Adam sampai ummat Nabi Muhammad SAW. Di saat seluruh manusia melewati jembatan itu, Nabi SAW memohon kepada Allah demi keselamatan ummatnya. Beliau berdo’a:

”Wahai Tuhanku, selamatkan, selamatkan, umatku, umatku.”

Di antara mereka ada yang melewatinya dengan tanpa sedikitpun rasa takut, dan tidak pula terkena jilatan api neraka. Sehingga etelah melewatinya, kelompok ini bahkan bartanya: “Di mana jembatan itu?” Kepada kelompok ini dikatakan: “Anda benar-benar mendapatkan anugerah yang sangat besar dari Tuhan, sehingga Anda dapat melewatinya tanpa sedikitpun kesulitan.

Ada pula kelompok manusia yang melewatinya dengan penuh kesulitan. Melihat kelompok yang penuh kesulitan ini, Nabi SAW bertanya: “Siapakah kalian?” Mereka menjawab: “Kami dari umatmu.” Lalu beliau bertanya: “Apakah kalian konsisten di dalam mejalankan syari’atku?” Mereka menjawab: “Tidak.” Mendengar jawaban itu, beliau membiarkan mereka, karena tidak ada urusan dengan orang-orang yang tidak menjalankan syari’atnya. Maka mereka berguguran jatuh masuk ke dalam neraka Jahannam.

Kelompok demi kelompok umat melewati jembatan itu, dan beliau bertanya kepada mereka: “Apakah kalian mengikuti syari’at dan jalan yang ditempuh oleh Nabi kalian?” Jik mereka menjawab: “Ya,” maka mereka akan dapat melewati jembatan itu dengan selamat. Bila menjawab “tidak,” maka mereka tidak akan selamat melewati jembatan itu, dan berguguran jatuh masuk ke dalam neraka.

Dijelaskan dalam suatu riwayat, bahwa melihat pemandangan yang sangat menegangkan dan menakutkan itu ada sekelompok orang yang berhenti dan menangis tersedu-sedu, sambil berkata: “Siapakah orang yang dapat menyelamatkan kami dari siksaan api neraka yang menyala-nyala itu?”

Lalu datanglah Malaikat Jibril dan bertanya kepada mereka: “Apa yang menghalangi kalian, sehingga tidak segera melewati jembatan itu?” Mereka menjawab: “Kami takut dengan kobaran api neraka yang menyambar-nyambar itu?” Malaikat Jibril kembali bertanya: “Apa yang kalian perbuat ketika di dunia, bila kalian akan melintasi lautan yang amat luas dan dalam?”

Mereka menjawab: “Kami akan melewati dan menyeberanginya dengan nak kapal.” Kemudian Malaikat Jibril mendatangkan masjid-masjid sebagai kendaraan bagi mereka, laksana kapal-kapal. Kepada mereka dikatakan: “Ini adalah masjid-masjid yang kalian tempati shalat berjema’ah ketika di dunia, maka sekarang silahkan kalian naik ke dalamnya sebagai kendaraan yang dapat menyelamatkan kalian dari api neraka yang menyala-nyala itu.”

Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa masjid-masjid itu didatangkan sebagai kendaraan yang sangat indah, nyaman dan berbau harum, bagi orang-orang yang shalat berjema’ah, para mu’adzim (orang-orang yang mengumandangkan azan) di dalamnya, dibawa pimpinan para imam masjid itu.

G. Pintu-Pintu Masuk Neraka

Untuk mengetahui apakah neraka itu mempunyai pintu? Dan berapa banyak jumlah pintu neraka itu, maka perhatikan firman Allah SWT dalam ayat berkut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan sesungguhnya Jahannam itu adalah tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu (telah ditetapkan untuk golongan yang tertentu dari mereka.” (QS. Al-Hijr: 43-44)

Dari ayat tersebut jelaslah bagi kita bahwa pintu neraka itu ada tujuh macam, dan setiap pintu telah ditetapkan untuk dilalui golongan-golongan tertentu dari penduduk neraka.

Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa pada setiap pintu dan tujuh pintu neraka itu telah ditetapkan bagi orang-orang yang mengikuti iblis, dan mereka pasti akan masuk neraka melalui pintu yang telah ditetapkan baginya itu. Masing-masing dari mereka akan masuk melalui pintu sesuai dengan kejahatannya dan menetap dalam neraka sesuai dengan dosa yang telah diperbuat ketika di dunia.

Dalam kaitannya dengan pintu-pintu neraka itu, Nabi SAW pernah bertanya kepada Malaikat Jibril: “Ya Jibril, apakah pintu-pintu neraka itu sama seperti pintu kami di dunia ini?” Malaikat Jibril menjawab: “Tidak, tetapi pintu neraka itu terbuka ke bawah, sebagian berada di bawah sebagian yang lain. Antara satu pintu ke pintu yang lain berjarak selama perjalanan 700 tahun. Dari satu pintu ke pintu yang lain perbandingan panasnya mencapai 70 kali lipat.

Rasulullah SAW bertanya lagi kepada Malakat Jibril: “Siapakah orang–orang yang akan menjadi penghuni neraka dengan melalui pintu-pintu itu?” Malaikat Jibril menjawab: “Pintu yang paling bawah (merupakan pintu untuk memasuki neraka yang paling dalam dan paling keras siksanya), di dalamnyamenjadi tempat bagi orang-orang munafik, orang-orang kafir dan golongan Fir’aun. Pintu ini bernama pintu Hawiyah. Kedua, bernama pintu Jahiim, pintu yang diperuntukkan bagi orang-orang musyrik, dalamnya menjadi tempat bagi orang-orang musyrik. Ketiga, bermana pintu Saqar, pintu masuk bagi kaum Shabi’un, para penyembah berhala, bintang-bintang dan sebagainya, yang sekaligus di dalamnya menjadi tempat mereka.

Pintu keempat, bernama pintu Lazha, pintu masuk bagi iblis dan pengikutnya dan orang-orang Majusi, di dalamnya sekaligus merupakan tempat mereka. Kelima, bernama pintu Huthamah, pintu masuk bagi orang-orang Yahudi, dan di dalamnya merupakan neraka yang menjadi tempat bagi mereka. Keenam, bernama pintu Syai’ir, merupakan pintu masuk bagi kaum Nasrani, di dalamnya sekaligus menjadi tempat mereka. Pintu ketujuh, di dalamnya ditempati oleh orang-orang yang berbuat dosa besar dari ummatmu (Muhammad) yang sampai mati mereka belum bertobat.”

Setelah Malaikat Jibril menjelaskan pintu neraka yang keenam, ia diam tidak melanjutkannya, hingga beliau bertanya kepadanya: “Ya Jibril, mengapa engkau tidak tiidak segera melanjutkan kabar tentang pintu neraka yang tujuh.” Jibril menjawab: “Ya Muhammad, apakah engkau juga ingin aku menjelaskan mengenai pintu yang ketujuh.” Beliau menjawab: “Ya.” Lalu Jibril melanjutkan penjelasannya; “Ya Muhammad, pintu neraka yang ketujuh itu, merupakan pintu masuk bagi ummatmu yang ahli melakukan dosa besar, sampai mati ia belum bertobat.”

Mendengar jawaban itu Nabi SAW sangat terkejut, hingga pingsan. Setelah sadar belaiu berkata: “Musibah ini begitu besar, dan sangat mengkhawatirkanku, apakah ada di antara umatku yang masuk ke dalam neraka?” Jibril menjawab: “Ya, mereka yang ahli melakukan dosa besar dari umatmu akan masuk ke dalam neraka.”

Mendengar jawaban itu Rasulullah SAW menangis lagi, kemudian Jibril pun ikut menangis bersama beliau. Melihat Jibril ikut menangis Nabi SAW bertanya kepadanya: “Mengapa Anda ikut menangis hai Ruhul Amin (Jibril)?” Malaikat Jibril menjawab: “Saya menjadi takut mendapatkan musibah seperti yang ditimpakan kepada Harut Marut. Itulah yang membuat aku menangis.” Lalu Allah memberikan wahyu kepada keduanya: “Ya Jibril, ya Muhammad, Aku telah menjauhkan kalian berdua dari neraka, tetapi (mengapa) kalian belum merasa aman daripadanya.” Demikian, sebagaimana yang dilansir Abdurrahman bin Ahmad Al-Qadhi, di dalam kitab Daqaiqul Akhbar.

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa ia berkata: “Sesungguhnya pntu-pintu Jahannam itu berlapis-lapis, sebagiannya di atas bagian yang lain.” Dan dalam riwayat yang lain ia mengatakan: “Pintu-pintu Jahannam ada tujuh, sebagiannya berada di atas sebagian yang lain. Pada level pertama akan penuh lebih dulu, kemudian yang kedua, lalu yang ketiga, hingga semua penuh berisi penghuni. Pintu-pintu itu dibuka lebar-lebar seolah-olah tak sabar hendak menerkam dan memangsa, ketika orang-orang kafir digiring menuju kepadanya. Setelah mereka masuk melaluinya, maka disitulah mereka dikurung dan disiksa selama-lamanya. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukalah pintu-pintnya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini? Mereka menjawab: Benar (telah datang). Tetapi telah pasti berlaku ketetapan adzab terhadap orang-orang yang kafir. Dikatakan (kepada mereka): Masuklah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. Az-Zumar: 71-72)

Setelah mereka semua masuk ke dalam neraka melalui pintu-pintu itu, memenuhi neraka yang amat pedih siksanya, pintu-pintu itu segera ditutup rapat-rapat. Sehingga tidak ada lagi harapan bagi mereka untuk dapat keluardari neraka. Seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.” (QS. Al-Balad: 19-20)

Mengenai ditutupnya pintu-pintu neraka, setelah dimasuki oleh semua penghuninya, juga dijelaskan di dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Humazah berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekai-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka. (Sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (QS. Al-Humazah: 1-9)

Sebelum datangnya hari kiamat pintu-pintu neraka itu di buka, namun pada saat-saat tertentu ditutup. Sebagaimana yang diisyaratkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah berikut ini:

Yang artinya: ”Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Apabila bulan Ramadhan tiba pintu-pintu surga dibuka, sedangkan pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan diikat (belenggu).” (Muttafaq ‘Alaih)

Abu Hurairah juga meriwayatkan hadits lainnya, bahwa Nabi SAW bersabda: “Ketika malam pertama bulan Ramadhan setan-setan dan jin-jin yang jahat diikat, pintu-pintu neraka ditutup, sehingga tidak ada satu pintupun yang dibuka dari pintu-pintu neraka. Sedangkan pintu-pintu surga dibuka, sehingga tidak ada satupun pintu dari pintu-pintu surga yang ditutup.” (HR. Tirmidzi)

H. Tingkatan-Tingkatan Neraka

Tingkatan kepedihan siksaan dan derajat panasnya api neraka itu bertingkat-tingkat. Siksaan yang ditimpakan kepada penghuni neraka antara suatu kelompok dengan kelompok yang lain tidaklah sama. Ada penduduk neraka yang menduduki tempat di tingkat yang paling keras siksanya, yaitu mereka yang berada di kerak neraka, suatu tingkat (darakat) yang paling dahsyat siksanya. Mereka inilah yang mengalami tingkat penyiksaan yang paling pedih dan paling sengsara. Tingkatan yang berada di atasnya lebih ringan bila dibandingkan dengan ada di bawahnya, begitu seterusnya, sampai pada tingkatan yang paling atas. Hal ini, sebagaiamana dijelaskan dalam ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” (QS. An-Nisa’: 145)

Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menyatakan bahwa tingkatan-tingkatan surga menuju ke atas, semakin ke atas semakin tinggi kenikmatan dan derajatnya. Sedangkan tingkatan-tingkatan neraka menuju ke bawah, semakin ke bawah semakin hina dan semakin keras siksanya. Oleh sebab itu penyebutan tingkatan surga diistilahkan dengan ad-darajat, sedangkan untuk penyebutan tingkatan neraka diistilahkan dengan ad-darakat.

Ayat di atas menyisyaratkan bahwa neraka itu semakin rendah atau semakin ke dalam, semakin tinggi derajat kepanasan dan kepedihan siksanya. Mereka yang berada di tingkatan yang paling dalam adalah yang paling berat dan paling pedih siksanya. Tingkat yang paling dalam ini ditempati oleh orang-orang munafik, sebagaimana dijelaskan dalam ayat tersebut.

Tingkat siksaan yang ditimpakan pada masing-masing penghuni neraka itu, tentu sesuai dengan tingkat kedurhakaan dan dosa-dosa yang dilakukan. Semuanya mendapatkan balasan yang seimbang dengan kejahatannya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 132)

Dalam ayat lain disebutkan:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah.” (QS. Ali Imran: 162-163)

Para ulama salaf mengkualifikasikan tingkatan-tingkatan neraka sesuai dengan para penghuninya dalam kategori berikut:

-- Pertama, tingkat paling atas, sebagai tempat orang-orang yang berdosa dari penganut agama tauhid (Islam).

-- Kedua, tingkat kedua dari atas sebagai tempat untuk menyiksa kaum Yahudi.

-- Ketiga, sebagai tempat untuk menyiksa orang-orang Nasrani.

-- Keempat, neraka tempat untuk menyiksa kaum Shabi’in.

-- Kelima, neraka tempat untuk menyiksa orang-orang Majusi.

-- Keenam, neraka tempat untuk menyiksa kaum musyrikin Arab.

-- Ketujuh, neraka tempat untuk menyiksa orang-orang munafik.

Ada pula riwayat yang menjelaskan bahwa pembagian tingkatan nereka itu sebagai berikut:

Pertama: Neraka tingkat pertama dari atas sebagai tempat dari umat Nabi Muhammad yang melakukan dosa besar, hingga mati belum bertobat. Yaitu orang-orang fasik, yang tidak mau mengerjakan shalat, enggan mengeluarkan zakat, tidak berpuasa, orang-orang yang berzina, orang-orang yang membunuh seseorang tanpa hak, dan orang-orang yang memakan harta haram.

Kedua: Neraka tingkat kedua dari atas, menjadi tempat bagi golongan orang-orang Nasrani.

Ketiga: Neraka tingkat ketiga dari atas, merupakan tempat untuk menyiksa golongan orang-orang Yahudi.

Keempat: Neraka tingkat keempat dari atas, menjadi tempat untuk menyiksa orang-orang Shabi’in, yaitu orang-orang yang mempertuhankan dan menyembah bintang-bintang.

Kelima: Neraka tingkat kelimadari atas merupakan tempat untuk menyiksa orang-orang Majusi, dan orang-orang yang mempertuhankan dan menyembah api.

Keenam: Neraka tingkat keenam dari atas merupakan tempat untuk menyiksa manusia dan jin yang musyrik.

Ketujuh: Neraka tingkat ketujuh yang merupakan tingkat neraka yang paling dalam dan paling dasar serta paling pedih siksanya, menjadi tempat bagi orang-orang munafik.

Namun demikian, ada sebagian ulama yang tidak sependapat dengan pembagian tingkatan-tingkatan neraka tersebut. Mereka berpandangan bahwa nama-nama neraka itu, Jahannam, Lazha, Huthamah, dan lainnya adalah sebatas pengistilahan dari pengertian neraka secara keseluruhan dan bukan sebagai pembagian atas tingkatan-tingkatannya. Sedangkan mengenai siksaan yang diterima bagi penghuninya memang berbeda-beda menurut kekafiran dan kadar dosa-dosanya.

Ada pula yang berpendapat bahwa tingkatan nerak itu sesuai dengan nama-namanya sebagai berikut:

Sumber: Judul Buku: Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka
Penyusun: Moh Samsi Hasan

2 komentar: