Rabu, 06 Februari 2013

Memelihara Hati Agar Tetap Sujud Kepada Illahi



Oleh: Raslaini Asmiyati S.Ag

Pada salah satu sabda Rasulullah SAW menyatakan bahwa: "Dalam tubuh kita ada segumpal daging, jika ia baik, maka akan baik pulalah seluruh gerak lahiriyahnya. Sebaliknya jika ia buruk, maka akan buruklah seluruh gerak lahiriyahnya. Hati yang dimaksud oleh Rasulullah SAW ini sudah tentu bukan hati jasmani tapi hati rohani yang halus yang lathifa yang bersifat Rabbaniyah.

Kata Imam Ghazali dalam bukunya Rahasia Keajaiban Hati bahwa "Hati yang halus itulah hakikat manusia yng dapat menangkap segala rasa, mengetahui dan mengenal segala sesuatu." Hati yang kita bicarakan ini tidak statis tapi dinamis dalam arti senantiasa berbolak-balik. Dalam hal ini Allah SwT berisyarat dengan firman-Nya:

Yang artinya: "Dan Kami bolak-balikkan hati mereka dan penglihatannya (QS. Al-An'am: 110)



Karena sifatnya berbolak-balik inilah maka Rasulullah SAW bersabda:

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-MU



Mendengar doa ini para sahabt bertanya: "Apakah engkau khawatir ya Rasulullah?" Lalu beliau bersabda:

Yang artinya: "Dan apakah yang bisa membuat aman padaku, sedangkan hati itu di antara dua jari-jari dari jari-jari Tuhan yang Maha Pemurah. Ia membolak-balikkan hati sekehendak-Nya.



Demikian keadaan hati. Sekarang, jika suatu saat kita mengalami krisis hati atau hati cenderung untuk berpaling pada Ilahi, tidak pedduli dengan perintah dan larangan-Nya, apa yang harus kita usahakan agar hati rohaniyah itu dapat cepat keluar dari kemelut tersebut

Tulisan berikut ini akan mencoba menyajikan beberapa terapi praktis dalam rangka memelihara hati agar tetap sujud pada Illahi

1. Membaca dan Meresapi Ayat-Ayat Al-Qur'an
Membaca dan meresapi ayat-ayat Al-Qur'an merupakan salah satu jalan untuk menghidupkan hati nurani, penghayatan dengan derai air mata. Sebagaimana firman Allah SWT:

yang artinya: "Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta." (QS. Al-Furqaan: 37)



Firman Allah SWT dalam ayat lain:

yang artinya: Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah, maka merek bersimpuh dengan bersujud dan berurai air mata." (QS. Maryam: 58)



Dalam ayat lain Allah mensinyalir ciri-ciri orang beriman yang di antaranya adalah:

artinya: "Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya." (QS. Al-Anfal: 2)



Sudah selayaknya kita berusaha meresapi nash-nash Al-Qur'an yang kita baca dan merasakan betapa Agung Kekuasaan-Nya. Selanjutnya menyelaraskan sikap perilaku sehari-hari kita dalam napas Islamiyah yang disinari oleh ayat-ayat Al-Qur'an.

2. Menghadiri Ta'dziyah
Ta'dziyah adalah melayat ke rumah duka (tetangga atau kerabat lainnya yang mendapat musibah kemaatian) guna menghibur keluarga yang ditinggalkan dengan ucapan-ucapan nasihat. Hukumnya sunnah dan pelaksanaannya tidak lebih dari tiga hari. Ta'dziyah ini penting, bukan saja bagi keluarga duka tapi juga bagi pelayat. Karena ta'dziyah akan mengingatkan kita kepada Al-Maut.

Maut adalah sesuatu yang pasti. Siapapun dimanapun ia berada jika saatnya sudah tiba, tidak bisa ditunda, tidak bisa dimundurkan walaupun sedetik saja. Dan saat tiba ajal itu adalah rahasia Allah. Kita tidak tahu, hari inikah saatnya, besokkah saatnya, atau.... yang jelas kita sedang dalam antrian panjang menanti mati. Bagaimana jika setelah ini kita mati? Siapkah kita menghadapi kehidupan setelah mati?

Pertanyaan-pertanyaan ini sering membuat kita terhenyak diam seribu bahasa. Menghisab diri bagaimana jika hal ini sungguh-sungguh terjadi pada diri kita. Perasaan bahwa diri ini kecil, lemah tak berdaya yang muncul tatkala dihadapkan pada periistiwa mati (kematian), menurut 'Alim 'Ulama, merupakan salah satu terapi yang efektif untuk menghidupkan hati. Karena itu Rasulullah SAW memerintahkan agar kita gemar mengingat mati.

"Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan segala kelezatan." (HR. At-Tirmidzi)



Dalam hadits lain Beliau bersabda, yang artinya:

"Ziarah kuburlah kalian, karena itu mengingatkan kalian tentang akhirat."
(HR. Ibnu Majjah)



Dalam moment yang lain pula Rasulullah SAW menyatakan:

"Aku tinggalkan untuk kalian dua nasihat, satu nasihat diam dan satuny nasihat yang pandai bicara. Nasihat diam adalah jenazah dan nasihat yang pandai bicara bicara adalah Al-Qur'an



Oleh karena itu bagi orang yang bermata hati, menghadiri suatu ta'dziyah bukan sekedar untuk memindahkan tempat ngobrol, atau bersanda gurau, sementara ahlil bait sedang dalam tertimpa musibah. Bagi mereka yang bermata hati, menghadiri ta'dziyah sama dengan menghadiri suatu momen yang sangat berharga, karena di sana ada nasehat yang sungguh sangat besar nilai gunanya. Karena melihat jenazah akan melembutkan hati, menumbuhkan perasaan insaf dan menghisab diri bahwa kita pun suatu saat akan mengalami hal yang serupa.

Rasanya tidak dapat disangkal bahwa setiaap mendengar berita duka tentang meninggalnya seseorang sahabat, atau meninggalnya sanak saudara atau siapa saja, sketika itu kita terhenyak dan mulai mengoreksi diri kembali. Sudahkah kita mempersiapkan bekal yang cukup jika suatu saat giliran kita menghadap Allah SWT. Jika peristiwa kematian tidak cukup untuk menyadarkan diri, mugnkin, kita sudah tidak lagi berhati.

3 memikirkan Karunia Allah
Menurut Syaikhul Islam Ibmu Taimiyah dalam Kitab Majmu' Fatawa dan menghidupkan hati adalah memikirkan (mengenang) karunia dan nikmat Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

yang artinya "Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan."
(QS. Al-A'raf: 69)

Artinya

"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka itusemua dari Allah." (QS. An-Nahl: 53)

Kemudian firman Allah:

Artinya: "Dan jika kamu ingin mencoba menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa menghitungnya." (QS. Ibrahim: 34)

Sedemikan banyak nikmat Allah untuk kita sampai-sampai untuk menghitungnya saja kita tidak bisa. Karena itu, jika seseorang merenungkan dan memikirkan segala karunia dan nikmat Allah yang diberikan kepadanya lahir dan bathin, Insya Allah hatinya akan tersentuh dan tergugah untuk senantiasa bersyukur dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

Semua sudah diberikan-Nya kepada kita. Bentuk rupa Dia indahkan. Akal dan pikiran hanya dibrikan-Nya kepada manusia. Seisi langit ini Allah sediakan untuk kita. Masih adakah alasan untuk tidak mau beribadah kepada-Nya. Masih adakah alasan untuk tidak bersedia tunduk kepada-Nya.

Renungilah segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, jika kita ingin hati ini tetapi sujud pada Illahi. Sungguh suatu bencana bila kita diberi kehidupan oleh Allah, tetapi kita sendiri enggan memperhatikan hak-hak-Nya. Padahal semetinya dengan karunia yang berlimpah itu kita kita semakin giat dan tekun untuk beribadah kepada-Nya. Demikian beberapa upaya yang dapat dilakukan agar hati tetap sujud pada Illahi. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan taufiq da hidayah pada kita sehingga bagaimanapun kondisi dunia namu kita tetap istiqamah dalam taat kepada Allah.

Semoga Bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar