Jilbab Lebih Menjaga Dirimu

Jilbab, apa sih manfaatnya? Banyak wanita yang menanya-nanyakan hal ini karena ia belum mendapat hidayah untuk mengenakannya. Berikut ada sebuah ayat dalam Kitabullah yang disebut dengan “Ayat Hijab”. Ayat ini sangat bagus sekali untuk direnungkan. Moga kita bisa mendapatkan pelajaran dari ayat tersebut dari para ulama tafsir. Semoga dengan ini Allah membuka hati para wanita yang memang belum mengenakannya dengan sempurna. Allah Ta’ala berfirman:

Pintu Doa

Ya Amirul Mukminin, mengapa doa kami tidak diijabah, sedangkan Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an bahwa ‘ud’uuni astajib lakum’ (berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-kabulkan doamu)?" Mendengar pengaduan yang demikian, Ali bin Abi Thalib pun balik bertanya kepada orang tersebut, "Apakah sudah kaujaga pintu-pintu doamu?"

Air Mata Ketakutan

Ketakutan apakah yang dapat membuat Abdurrahman bin Auf menangis tersedu-sedu? Ini teijadi ketika para sahabat berkumpul dengan Abdurrahman bin Auf untuk menghadiri sebuah undangan di rumah beliau. Setelah makanan terhidang di hadapan mereka, sontak Abdurrahman bin Auf mena¬ngis. Seorang sahabat kemudian bertanya, "Kenapa kau menangis, wahai Abdurrahman?"

Melepas Cinta Karena Harta

Hiduplah sepasang suami istri yang bahagia. Istrinya yang cantik dan salihah bernama Fauziah binti Abdullah. Suaminya yang tampan bernama Salam bin Sufyan. Semua orang menilai mereka pasangan ideal yang taat beribadah walau keadaan ekonomi mereka biasa saja. Mereka adalah pasangan yang sabar menanti rezeki dan segala hal yang diatur oleh Allah.

Cinta Tak Bertepi

Kisah Paling Sedih Yang Memotivasi - Berikut kisah atau cerita sedih yang dapat memotivasi Anda dalam menjalani kehidupan berumah tangga, Kisah mengharukan atau kisah sedih ini tentang perjalanan cinta seorang istri yang tak pernah mencintai suaminya selama 10 tahun perjalanan pernikahannya hingga sang Suami meninggal dunia, dan akhirnya ia menyadari betapa besar cinta dan kasih sayang yang diberikan sang suami untuknya selama ini.

Sabtu, 15 November 2014

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka (Bag. 3/2 Selesai)

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka13. Berjudi dan Minum Khamar
Perjudian apapun bentuk dan jenisnya dilarang dalam Islam. Berjudi merupakan perbuatan keji yang besar dosanya. Oleh sebab itu harus dijauhi. Orang yang bermain kartu dan berjudi sesungguhnya ia telah berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda:

”Barang siapa bermain kartu (berjudi), maka sesungguhnya ia telah berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Malik, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Berrjudi, bukanlah solusi untuk mengatasi kemiskinan dan bukan pula cara untuk mencari harta benda yang baik dan halal dalam Islam. Orang yang mencari harta dengan cara yang tidak benar dan tidak halal, baginya dosa yang besar dan kelak di hari kiamat akan mendapatkan siksa yang pedih. Perhatikan hadits Nabi SAW berikut ini:

”Sesungguhnya orang-orang yang berusaha dan mendapatkan harta Allah dengan cara yang tidak hak (benar), maka bagi mereka adalah neraka pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)

Demikian pula bermabuk-mabukan dengan meminum khamar atau segala jenis minuman yang memabukkan, juga haram dan besar dosanya. Meminum khamar dan berjudi merupakan perbuatan setan yang sangat keji. Segala benda-benda yang memabukkan apa pun bentuk dan jenisnya, termasuk dalam kategori khamar. Sebagaimana keterangan hadits riwayat Imam Muslim berikut ini:

”Setiap yang memabukkan adalah khamar dan tiap-tiap khamar adalah haram. Barang siapa meminum khamar di dunia, kemudian ia mati dan belum bertaubat daripadanya dan dia menjadi pecandunya, maka di akhirat ia tidak akan meminumnya.” (HR. Muslim)

Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”
(QS. Al-Maidah: 90-91)

Khamar termasuk salah satu jenis minuman ahli surga. Dengan tidak mendapatkan minuman khamar di akhirat, berarti tidak termasuk penduduk surga. Mengenai khamar yang ada di surga itu, sesungguhnya hanya sama nama saja dengan khamar di dunia. Mengenai hal ini perhatikan firman Allah SWT berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal di dalam neraka mereka diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.” (QS. Muhammad: 15)

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir (warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang yang minum. Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tidak mabuk karenanya.” (QS. Ash-Shaffat: 45-47)

Khamar, di dunia merupakan minuman yang diharamkan dan kekejian yang besar. Barangsiapa yang meminumnya, maka ia melakukan maksiat dan durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, yang diancam dengan siksa yang pedih. Nabi SAW bersabda:

”Jauhilah olehmu minuman khamar, karena ia adalah induk dari segala perbuatan yang keji. Barangsiapa yang tidak mau menjauhinya sungguh ia telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, dan dia berhak untuk disiksa sebab kemaksiatannya kepada Allah dan Rasul-Nya itu.” (HR. Thabrani)

Keharaman khamar itu tidak hanya terbatas bagi peminumnya saja, tetapi semua yang terkait dengannya, meliputi orang yang memproduksi, yang menjual dan seterusnya. Ibnu Malik Ra meriwayatkan hadits sebagai berikut:

”Rasulullah SAW melaknat sepuluh orang yang terkait dengan khamar, yaitu: Pemeras (pembuatnya); yang minta diperaskan (dibuatkan); yang meminumnya; yang membawanya; yang dibawakan khamar kepadanya; yang meminumkan khamar; yang menjual khamar; yang makan hasil penjualan khamar; yang membeli khamar; dan orang yang dibaliknya.”
(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Nabi SAW juga bersabda:

”Aku mengutuk khamar, peminumnya; penjamunya; penjualnya; pembelinya; pemerahnya; orang yang diperahkannya; pengantar yang membawakannya; dan pemakan harganya (hasil penjualannya).” (HR. Abu Dawud)

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:

”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah meminum khamar. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah duduk pada jamuan (hidangan) minum-minuman khamar.”

14. Menggunjing
Termasuk perbuatan yang berdosa besar lainnya ialah menggunjing, memfitnah, mengadu domba. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari kamu prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Kita juga dilarang untuk mengikuti orang yang banyak mencela, menyebar luaskan berita-berita bohong dan memfitnah. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan janganlah kamu ikuti orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.” (QS. Al-Qalam: 10-11)

Bagi orang yang biasa menggunjing, mengadu domba dan tukang fitnah itu, Rasulullah SAW menyatakan sebagai orang yang tidak akan masuk surga kelak di akhirat. Sebagaimana haits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah Ra ia berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:

”Orang yang mengadu domba tidak akan masuk surga.” (Muttafaq ‘Alaih)

Abu Hurairah RA juga meriwayatkan, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda:

”Sesungguhnya seseorang itu bisa kaena mengucapkan suatu perkataan tanpa dipikirkan dan tidak tahu kejelasannya, sehingga menjadikannya tergelincir ke dalam neraka karenanya, yang mana jarak jauh luas neraka itu lebih jauh (luas) dari jarak antara timur dan barat.” (Muttafaq ‘Alaih)

15. Berdusta
Berdusta termasuk dilarang dalam Islam dan merupakan perbuatan yang besar dosanya. Islam mengharamkan dusta karena dusta itu akan mendatangkan bahaya yangakan menimpa orang lain baik secara individu maupun kelompok. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menujukkan larangan untuk berlaku dusta. Di antaranya firman Allah SWT dalam surat An-Nahl berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram,” untuk mengadakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka adzab yang pedih.”
(QS. An-Nahl: 116-117)

Allah SWT tidak memberikan petunjuk kepada para pendusta lagi ingkar. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pedusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3)

Asma’ bin Yasid, pernah bertanya kepada Rasulullah SAW; “Ya Rasulullah, jika salah seorang mengatakan sesuatu yang diinginkannya dengan “saya tidak ingin,” apakah termasuk sebagai dusta?” Beliau menjawab: “Sesungguhnya dusta itu dicatat sebagai dusta, sehingga dusta yang kecil itupun dicatat sebagaii dusta kecil. (HR. Ahmad)

Orang-orang yang berdusta terhadap Allah, diancam dengan adzab yang pedih kelak di akhirat. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, muka mereka menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. Az-Zumar: 60)

Mengenai balasan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, di akhirat nanti,, dapat pula diketahui dari ayat-ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Adapun orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
(QS. Al-A’raf: 36)

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Adapun orang-orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 39)

Sedangkan mengai balasan orang yang membuat kedustaan dengan mengatasnamakan Rasulullah SAW, Imam Muslim meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Barangsiapa membuat kedustaan atas namaku, maka dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam neraa Jahanam.” (HR. Muslim)

Dalam hadits lain juga di riwayatkan Muslim, beliau bersabda:

”Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka ia akan ditempatkan pada tempatnya di dalam neraka.” (HR. Muslim)

Dalam skala tertentu ada dusta yang diperbolehkan, jika tidak menimbulkan bahaya, dalam tiga hal. Yaitu, dalam peperangan dengan maksud sebagai strategi politik peperangan; dalam rangka kebaikan untuk mendamaikan antara manusia yang bertikai dan bermusuhan; dan perkataan suami pada istri untuk mengokohkan cintanya, begitu pula perkataan istri pada suaminya dengan tujuan untuk mengkokohkan cinta dan menciptakan keharmonisan rumah tangganya.16. Riya’
Riya’ adalah termasuk perbuatan dosa besar yang akan membuat pelakunya mendapatkan adzab di akhirat. Riya’ dapat diartikan sebagai bentuk memamerkan diri pada orang lain baik mengenai kelebihan-kelebihan, kebaikan, kedermawanan, kepandaian atau kelebihan yang dimiliki lainnya. Hal itu dilakukan agar mendapatkan sanjungan dan pujian dari orang lain.

Setiap ibadah harus dilakukan karena Allah, jangan dikotori dengan karena yang selain Allah. Pahala amal ibadah yang disertai dengan riya’ akan hilang musnah, bahkan hal itu akan menyebabkannya mendapatkan adzab dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakitkan (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia.”

Bagi orang-orang yang riya’, diancam dengan siksa yang pedih di akhirat kelak. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya, orang-orang yang berbuat riya’ dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al-Ma’un: 4-7)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

”Allah Ta’ala berfirman: Saya paling tidak membutuhkan persekutuan. Barangsiapa yang melaksanakan suatu amal dengan mempersekutukan Aku kepada selain Aku, maka Aku akan meninggalkannya dan tidak memperdulikannya.” (HR. Muslim)

Riya’ merupakan syirik kecil yang sangat ditakutkan Nabi SAW akan menimpa umatnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Sesungguhnya yang paling aku takuti pada diri kamu ialah syirik kecli. Ditanyakan pada beliau: Apakah syirik kecil itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: Yaitu riya’. Terhadap orang yang riya’ itu besok pada hari menusia mendapatkan pembalasan atas perbuatan-perbuatan mereka, Allah berfirman: Pergilah kamu pada orng-orang yang dahulu kamu pameri (riya’i) dengan perbuatan-perbuatan kamu. Maka lihatlah adakah kamu mendapatkan balasan di sisi mereka?”

Disebutkan dalam hadits yang cukup panjang yang diriwayatkan Muslim, mengenai balasan orang-orang yang riya’ dalam beribadah kelak di hari kiamat, simaklah sabda Rasulullah Saw berikut ini:

”Dari Abu Hurairah RA ia berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya manusia yang pertama kali yang diberi keputusan nanti di hari kiamat ialah orang yang (dianggap) mati syahid, diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang dipersiapkan pada orang yang mati syahid) hingga dia mengetahuinya. Lalu Allah bertanya kepadanya: Apa yang kamu lakukan untuk mendapatkannya (kenikmatan itu)? Ia menjawab: Saya berjuang di jalan-Mu sehingga saya mati syahid. Allah menjawab: Kamu bohong, kamu berjuang agar dikatakan sebagai pemberani. Dikatakan, kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu, akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka. Kedua, orang yang belajar dan mengajar serta suka membaca Al-Qur’an, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan yang selayaknya diterima oleh orang yang melakukan itu, dan iapun melihatnya. Allah berfirman: Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan kenikmatan itu? Ia berkata: Saya belajar ilmu dan mengamalkannya serta membaca Al-Qur’an karena-Mu. Allah menjawab: Kamu bohong, tetapi kamu mengajar agar kamu dikatakan sebagai orang yang alim (pandai), dan kamu membaca Al-Qur’an agar dikatakan sebagai qaari (orang ahli membaca Al-Qur’an). Dikatakan, kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu, hingga akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka. Ketiga, orang yang dilapangkan rizkinya dan diberi Allah berbagai harta kekayaan, lalu ia didatangkan dengannya, diperlihatkan kenikmatannya, dan iapun mengetahuinya. Lalu Allah befirman: Apa yang telah kamu lakukan dengannya? Ia berkata: Saya tidak meninggalkan suatu jalan yang Engkau sukai untuk berinfak di jalan itu, melainkan saya berinfak karena-Mu. Allah berfirman: Kamu bohong, tetapi kamu beramal begitu, agar dikatakan sebagai orang yang dermawan. Dikatakan, kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu hingga akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)

Tetapi apabila seseorang melakukan kebaikan atau ibadah secara ikhlas karena Allah tanpa unsur riya’ di dalamnya, lalu ia mendapatkan pujian dari orang lain atas amal ibadahnya, maka yang demikian itu merupakan bagian dari berita gembira yang disegerakan kepadanya. Namun dengan pujian itu, janganlah lantas membuatnya berbangga diri dan sombong. Diriwayatkan dari Abu Dzar RA, ia berkata, ditanyakan kepada Rasulullah SAW: “Bagaimana pandangan baginda tentang seseorang yang melakukan amal kebaikan dan dipuji oleh orang-orang?” Beliau menjawab: “Itu adalah berita gembira yang disegerakan kepada orang yang beriman.” (HR. Muslim)

17. Memutus Hubungan Famili
Memutuskan hubungan kekerabatan atau kefamilian dilarang dalam Islam. Bagi orang yang memutuskan hubungan kefamilian, dnyatakan dalam sebuah hadits, sebagai orang yang tidak akan masuk surga. Untuk lebih jelasnya perhatikan hadits berikut ini:

”Diriwayatkan dari Abi Muhammad Jubair bin Muth’im RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidak akan masuk surga orang memutus (kefamilian).” Sofyan berkata dalam satu riwayatnya, yakni: Orang yang memutuskan hubungan famili.” (Muttafaq ‘Alaih)

18. Menghina Orang Islam
Menghina, menyakiti dan mencaci maki sesama muslim dilarang dalam Islam. Sesama mukmin antara yang satu dangan yang lain adalah bersaudara. Antara yang satu dengan yang lainnya harus saling menghormati dan menghargai, saling bantu membantu dan tolong menolong. Mereka bagaikan satu tubuh, bila ada anggota tubuh yang sakit maka anggota yang lainnya pun ikut sakit. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al-Hujurat: 10)

Dalam ayat selanjutnya Allah melarang untuk melakukan penghinaan dan mengolok-olok antara satu dangan yang lainnya. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jangalah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan janganlah wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan janganlah amu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)

Orang yang menhina dan mencaci maki orang Islam tanpa ada kesalahan yang diperbuatnya, maka baginya dosa yang besar. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 58)

Orang mukmin yang sejatinya dituntut untuk menciptakan suasana damai, aman dan sentosa. Tingkah laku dan perbuatannya, sikap dan tutur katanya, hendaklah dapat menciptakan suasana kesejukan, mendorong semangat untuk beramal shaleh, bukan maah sebaliknya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr Al-Ash RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

”Orang Islam itu ialah orang yang dapat membuat orang-orang Islam merasa selamat (aman) dari lisan dan tangannya. Sedangkan orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Disebutkan di dalam hadits Isra’ Mi’raj, bahwa Nabi SAW menyaksikan siksaan yang ditimpakan kepada orang yang suka mengganggu dan menyakiti orang Islam. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Anas RA, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Ketika aku dimi’rajkan aku melewati suatu kaum yang berkuku dari tembaga, di mana mereka mencakar-cakar muka-muka dan dada-dada mereka. Lalu aku bertanya: Siapakah mereka itu hai Jibril? Jibril menjawab: Mereka adalah orang-orang yang memakan daging sesamanya dan mengganggu kehormatan mereka (kaum muslim).” (HR. Abu Dawud)

19. Memboikot Saudara Sesama Muslim
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa sesama muslim adalah bersaudara. Antara yang satu dengan yang lainnya harus saling hormat menghormati, tolong menolong, bantu membantu, harga menghargai. Orang Islam yang memboikot dan tidak menyapa saudara muslimnya melebihi tiga hari hingga mati, maka ia diancam dengan siksa neraka. Sebagaimana keterangan hadits yang diriwayatkan Abu Dawud berikut ini:

”Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya sesama muslim melebihi tiga hari. Barangsiapa yang memboikot (saudara sesama muslimnya) lebih tiga hari, lalu ia mati, maka ia akan masuk neraka.” (HR. Abu Dawud)

20. Memberikan Kesaksian Palsu

Termasuk dosa besar lainnya ialah memberikan kesaksian palsu. Realitas kebenaran akan kabur dan tertutupi, disebabkan adanya kesaksian yang palsu, sehingga yang salah menjadi benar dan yang benar menjadi salah. Perbuatan seperti itu merupakan kedzaliman yang nyata, betapa tidak? Dengan kesaksian palsu, pihak yang benar menjadi berada di pihak yang salah. Sehingga hak-haknya menjadi terampas oleh pihak lain yang salah. Yang benar menjadi teraniaya dan didzalimi. Rasulullah SAW menegaskan bahwa memberikan kesaksian palsu adalah termasuk dosa yang besar. Beliau bersabda:

”Perhatikan, saya beritahukan kalian tentang dosa-dosa besar, yaitu: Menyekutukan Allah; durhaka kepada ibu bapak; perkataan dusta; dan kesaksian palsu. Beliau berkali-kali mengulanginya hingga kami berkata, kami berharap baginda berhenti (tidak mengulanginya terus).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi SAW juga bersabda:

”Barangsiapa yang telah aku putuskan baginya dari harta saudaranya dengan tidak benar (karena adanya keterangan palsu), maka janganlah ia mengambilnya. Karena sesungguhnya hal itu, berarti aku berikan kepadanya sepotong api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
br />Mengenai balasan orang yang memberikan kesaksian palsu di akhirat kelak ialah siksa di dalam neraka. Rasululla SAW bersabda:

”Tidak akan terpeleset telapak kaki orang yang membrikan kesaksian palsu, hingga Allah mewajibkannya tergelincir ke dalam neraka.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim)

21. Menyakiti Tetangga
Tetangga adalah orang yang paling dekat dan bersebelahan dengan rumah kita. Oleh sebab itu antar tetangga harus saling menghormati dan menghargai. Dalam hidup bertetangga antara yang satu dengan yang lainnya mempunyai hak dan kewajiban. Masing-masing tetangga harus dapat menjaga dan meindungi hak-hak tetangga. Mengganggu dan menyakiti tetangga adalah termasuk berdosa.

Berbuat baik kepada tetangga diperintahkan dalam Islam. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sahib dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa’: 36)

Malaikat Jibril senantiasa berpesan kepada Nabi SAW untuk berbuat baik terhadap tetangga. Diriwayatkan dari Ibnu Umar dan ‘Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Malaikat Jibril senantiasa berpesan kepadaku untuk selalu berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku mengira bahwa tetangga itu akan dapat mewarisi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi SAW melarang berbuat sesuatu yang menyakiti tetangga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya; barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah menghormati tamunya; ddan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam.” (Muttafaq ‘Alaih)

Abu Hurairah RA juga meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:

”Demi Allah tidaklah (sempurna) iman seseorang; demi Allah tidaklah (sempurna) iman seseorang; demi Allah tidaklah (sempurna) iman seseorang. Siapakah orang itu, ya Rasulullah? Beliau bersabda: Yaitu orang yang membuat tetangganya merasa tidak aman karena ulahnya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Orang yang suka menyakiti tetangga, dinyatakan dalam suatu hadits sebagai orang yang tidak akan masuk surga. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim:

”Tidak akan masuk surga, orang yang membuat tetangganya merasa tidak aman karena gangguannya.” (HR. Muslim)

Nabi SAW pernah ditanya mengenai seorang perempuan yang selalu menyakiti tetangganya, tetapi dia juga melakukan shalat malam dan puasa di siang hari. Beliau menyatakannya sebagai orang yang akan masuk neraka. Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah ditanya: Ya Rasulullah, jika ada wanita melakukan shalat malam, sedang di siang harinya ia berpuasa, (tetapi) ia menyakiti tetangganya dengan lisannya? Beliau menjawab: Tiada kebakan padanya dan ia kelak berada di dalam neraka. (HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad)

22. Khianat
Termasuk dosa besar ialah khianat dan tidak memenuhi janji. Memenuhi janji dan amanat yang dipercayakan kepada seseorang menjadi sebuah keharusan baginya. Allah memerintahkan kepada orang yang beriman untuk memenuhi janji dan tidak mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadanya. Sebagaimana dijelaskan di dalam ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27)

Janji itu haruslah dipenuhi, karena janji itu akan dimintai pertanggung jawaban. Allah berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungan jawabannya.”

Mengingkari janji dan khianat merupakan ciri dari orang munafik. Rasulullah SAW bersabda:

”Dari Abdullah bin Amr ibnul Ash RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Empat hal, bila melekat pada diri seseorang, maka ia adalah benar-benar orang munafik. Dan barangsiapa yang di dalam dirinya ada satu dari empat hal itu, maka berarti di dalam dirinya ada satu hal dari kemunafikan hingga ia meninggalkannya. Keempat hal itu ialah, apabila ia dipercaya, khianat; jika berbicara, ia dusta; bila berjanji, ia mengingkari; dan apabila bertengkar, ia bertindak keji.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagi orang-orang yang khianat dan merusak janji-janji Allah akan mendapatkan laknat dan tempat kembali yang buruk serta siksa yang pedih. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (QS. Ar-Ra’d: 25)

Ada tiga golongan manusia, kelak di akhirat menjadi musuh Allah, ketiga orang itu sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi SAW berikut ini:

”Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, Allah SWT berfirman: Tiga orang Aku musuhnya pada hari kiamat, yaitu: Orang yang memberi dengan atas nama-Ku kemudian ia mengkhianati; orang yang menjual orang merdeka, lalu ia memakan harganya; dan orang yang mempekerjakan buruh lalu ia telah menyempurnakan pekerjaannya, namun orang itu tidak memberikan upah kepadanya.” (HR. Bukhari)

Demikian di antara dosa-dosa besar yang akan mengantarkan pelakunya masuk ke dalam neraka kelak di hari kemudian. Semoga kita dijauhkan Allah dari segala bentuk perbuatan dosa yang akan menyeret kita ke dalam neraka. Semoga!

Sumber: Judul Buku: Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka
Penyusun: Moh Samsi Hasan


* * * * * * * * * * * * * * *

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka (Bag. 3/1)

6. Makan Harta Anak Yatim dengan Dzalim
Memakan harta benda anak yatim termasuk kedzaliman yang besar dosanya. Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita, terutama kepada orang yang memelihara anak yatim itu, jangan sampai memakan harta benda anak yatim yang berada dalam pemeliharaannya itu. Apabila si pemelihara anak yatim itu, karena kefakirannya terpaksa memakannya, maka hendaklah ia makan dengan cara yang ma’ruf, jangan sampai melebihi kepatutan. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (jangan kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu), dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia memakan harta itu menurut yang patut.” (QS. An-Nisa’: 6)

Orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, sesungguhnya tiada lain ia hanyalah memenuhi perutnya dangan api neraka. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS. An-Nisa’: 10)

Orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim itu, ketika mereka dibangkitkan dari kubur, dari mulut-mulut mereka keluar api yang menyala-nyala. Nabi SAW bersabda:

”Akan dibangkitkan pada hari kiamat kaum dari kuburan mereka, dari mulut-mulut mereka keluar api menyala-nyala. Ditanyakan kepada beliau: Siapakah mereka itu, ya Rasulullah? Beliau bersabda: Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah SWT berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”

Di dalam hadits Isra’ Mi’raj yang diriwayatakan Imam Muslim, Nabi SAW bersabda:

”Tiba-tiba saya bertemu dengan orang-orang lelaki, mereka benar-benar diserahkan kepada orang-orang lelaki lain yang mencabuti janggut-janggut mereka, sedang yang lain datang dengan membawa batu-batu besar dari neraka seraya melemparkannya ke dalam mulut-mulut mereka, kemudian batu-batu itu keluar melalui dubur-dubur mereka. Maka saya bertanya: Wahai Jibril siapakah mereka itu? Jibril menjawab: Mereka itu adalah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (nereka). (HR. Muslim)

7. Durhaka Terhadap Orangtua
Durhaka terhadap kedua orang ibu bapak, termasuk dosa besar, karena perbuatan itu dilarang dalam agama. Islam menjunjung tinggi kedudukan orang tua, sebagai orang yang harus dihormati. Setelah taat dan berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya, maka berikutnya yang harus dihormati dan diperbaiki adalah ibu dan ayah. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya, atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepadanya keduanya perkataan “ah” dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 23-24)

Rasulullah SAW memberikan ungkapan yang senada atau semisal dengan uffin (ah), sebagaimana sabda beliau berikut ini:

”Seandainya Allah memandang kata-kata yang lebih dekat kepada kata “ah” pasti juga Allah akan melarangnya. Oleh karena itu orang yang durhaka kepada kedua orangtua itu silahkan berbuat apa saja yanh ia kehendaki (tentang kedurhakaan) niscaya dia tidak akan masuk surga, dan orang yang berbuat baik (berbakti kepada dua orangtua) silahkan berbuat apa saja (tentang birrul walidain), maka hal itu tidak akan membuatnya masuk neraka.” (HR. Dailami)

Ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk bersyukur kepada Allah, selalu dirangkai dengan perintah bersyukur kepada dua orang ibu dan bapak. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)

Hormat kepada kedua orang ibu bapak merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus dilakukan, karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua ibu bapak. Sebagaimana sabda Nabi SAW:

”Keridhaan Allah itu (tergantung) pada keridhaan ibu bapak; dan kemurkaan Allah (juga bergantung) pada kemurkaan kedua ibu bapak.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah memberikan gambaran suatu hal yang termasuk dalam kategori memaki kedua orang tua yang besar dosanya. Sebagaimana sabda beliau berikut ini:

”Termasuk dosa-dosa besar itu ialah orang yang memaki kedua orang tuanya. Mereka (para sahabat bertanya): Ya Rasulullah, apakah ada orang yang memaki kedua ibu bapaknya? Beliau menjawab: Ya ada, yaitu seseorang memaki bapak orang lain, lalu orang lain itu memaki bapaknya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Berbuat baik kepada ibu bapak, terus dapat dilakukan sekali pun salah satu atau keduanya telah meninggal dunia. Sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW dalam sabdanya berikut ini:

”Dari Abi Usaid ia berkata: Ketika kami sedang duduk-duduk di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba datang seorang laki-laki dari Bani Salamah, lalu ia berkata: Ya Rasulullah, apakah masih bisa saya berbuat baik kepada kedua ibu bapakku, sedang keduanya telah meninggal dunia? Rasulullah menjawab: (ya) masih bisa, yaitu dengan jalan mendoakan kepada keduanya; memohonkan ampun untuk keduanya; dan menepati janji keduanya; menyambung hubungan yang telah terjalin oleh kedua ibu bapaknya; dan memuliakan teman keduanya.”
(HR. Abu Dawud)

Diceritakan dalam hadits Isra’ Mi’raj bahwa Rasulullah SAW melihat orang-orang yang digantung pada pohon api neraka. Setelah ditanya kepada Malaikat Jibril, ternyata mereka itu adalah orang-orang yang mencaci maki ibu bapaknya. Perhatikan hadits berikut ini:

”Rasulullah SAW bersabda: Pada malam saya dimi’rajkan, saya melihat suatu kaum di dalam neraka yang digantung pada pohon dari api. Lalu saya bertanya kepada Jibril: Siapa mereka itu? Jibril menjawab: Mereka adalah orang-orang mencaci maki bapak-bapak dan ibu-ibu mereka, di dunia.” (HR. Thabrani)

Durhaka kepada dua orang ibu bapak akan menjadi penghalang bagi seseorang untuk masuk ke dalam surga. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut ini:

”Dari Amr bin Murrah Al-Juhaini, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAWdan berkata: Ya Rasululah, bagaimana pendapat baginda bila saya shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat dan haji ke Baitullah, maka pahala apakah untukku? Rasulullah SAW menjawab: Barangsiapa yang berbuat demikian, kelak akan berkumpul bersama-sama dengan para nabi, orang-orang siddiq, para syuhada’, dan orang-orang yang shaleh, kecuali ia durhaka kepada kedua ibu bapaknya.” (HR. Ahmad dan Thabrani)

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Ada empat golongan, Allah berhak untuk tidak memasukkan mereka ke dalam surga, bahkan mereka tidak akan merasakan kemikmatannya, yaitu: Peminum khamar; orang yang makan riba; orang yang makan harta anak yatim secara dzalim; dan orang yang durhaka pada kedua ibu bapaknya, kecuali mereka bertaubat.” (HR. Hakim)

8. Suap Menyuap
Suap menyuap dilarang di dalam Islam. Orang yang melakukan suap menyuap berarti telah berbuat dosa besar. Suap menyuap itu bisa terjadi di mana saja, di kantor, di perusahaan, di lembaga hukum dan lain sebagainya. Dengan memberikan uang, barang berharga atau apa pun bentuk yang diberikan, mobil, rumah dan lain sebagainya kepada seseorang, pemimpin atau atasan atau orang yang memegang peranan penting yang terkait dengan kepentingannya, sehingga dengan suap itu seseorang mendapatkan jabatan dan kedudukan yang penting atau terbebas dari perkara atau hukuman yang semestinya dijatuhkan padanya atau mendapatkan keuntungan yang tidak semestinya diperoleh.

Islam memerintahkan untuk berbuat dan menegakkan keadilan. Keadilan tidak akan bisa tegak bila terjadi suap menyuap. Oleh sebab itu orang yang melakukan suap menyuap akan dilaknat dan mendapatkan adzab dari Allah SWT. Nabi SAW bersabda:

”Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap dan yang disuap.” (HR. Tirmidzi)

Nabi SAW juga menjelaskan mengenai laknat yang ditimpakan kepada orang yang melakukan suap menyuap di dunia peradilan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Allah melaknat orang yang menyuap dan yang disuap dalam masalah hukum.”
(HR. Ibnu Hibban)

Demikian pula orang yang menjadi perantara atau mediator terjadinya suap menyuap, juga mendapatkan laknat. Sebagaimana keterangan hadits yang diriwayatkan dari Thaubah Ra, ia berkata:

”Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap dan yang disuap dan orang yang menjadi perantara di antara keduanya.” (HR. Ahmad)

9. Meminpin dan Mengadili Secara Dzalim

Islam memerintahkan kepada manusia untuk berlaku adil. Terutama kepada orang yang mengemban jabatan sebagai pemimpin atau hakim. Bagi pemimpin yang berlaku tidak adil dan berlaku dzalim kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia akan mendapatkan siksa yang amat pedih. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.” (QS. Ibrahim: 42)

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat adzab yang pedih.”
(QS. Asy-Syura: 42)

Setiap pemimpin yang berbuat dzalim dan berlaku tidak jujur terhadap rakyat yang dipimpinnya, maka haram baginya surga. Rasulullah SAW bersabda:

”Barangsiapa yang Allah jadikan sebagai pemimpin atas rakyat, kemudian ia tidak jujur kepada rakyatnya, maka Allah mengharamkan surga baginya.” (HR. Bukhari)

Bagi para pemimpin yang menipu dan merampas hhak-hak rakyat yang dipimpinnya di bawah sumpah jabatannya, maka Allah mengharamkan masuk surga dan mewajibkan padanya masuk neraka. Diriwayatkan dari Abu Umamah Iyas bin Tsa’labah Al-Haritsi RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Barangsiapa yang mengambil hak seorang muslim dengan tangan kanannya (di bawah sumpahnya), maka Allah mewajibkan kepadanya masuk neraka dan mengharamkannya masuk surga. Seorang lelaki berkata: Meskipun sesuatu itu sedikit ya Rasulullah? Beliau menjawab: Meskipun (semisal) kayu arak (yang biasa dipakai bersiwak).” (HR. Muslim)

Manusia yang paling keras siksanya kelak di hari kiamat adalah pemimpin yang tidak adil dan berlaku dzalim. Rasulullah SAW bersabda:

”Manusia yang paling berat siksanya dihari kiamat ialah pemimpin yang dzalim.”
(HR. Thabrani)

Imam Ahmad juga meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Celakalah para penguasa, celakalah para pemimpin, dan celakalah orang-orang yang memikul amanat, sungguh banyak kaum yang berangan-angan pada hari kiamat, bahwa kecurangan-kecurangan merea dtergantung dibintang tsurayya, mereka disiksa, kerena mereka tidak melakukan sesuatu yang diamanatkan kepada mereka.” (HR. Ahmad)

Setiap orang memang harus berlaku adil, tetapi orang yang memegang peranan terpenting dalam penegakan keadilan adalah hakim. Di tangan hakim-hakim keadilan di dunia ini ditegakkan. Allah mewajibkan kepada para penguasa dan hakim agar menghukum dengan adil dan tidak sewenang-wenang.

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. An-Nisa’: 58)

Karena sangat pentingnya penegakkan keadilan itu, sehingga disebutkan dalam hadits bahwa berlaku adil sesaat lebih baik dari pada ibadah (sunah) enam puluh tahun. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda:

”Wahai Abu Hurairah, adil sesaat itu lebih utama dari ibadah (sunah) enam puluh tahun, bangun malam (shalat malam) di malam harinya dan puasa di siang harinya. Dan wahai Abu Hurairah curang (tidak berlaku adil) sesaat dalam urusan hukum lebih berat dan lebih besar (dosa dan siksanya) di sisi Allah Azza wa Jalla daripada maksiat enam puluh tahun.”
(HR. Al-Ashbahani)

Hukuman dan balasan bagi setiap pemimpin dan hakim yang memberikan keputusan secara tidak adil itu, tidak lain kecuali neraka. Rasulullah SAW bersabda:

”Tidak ada seorang pun yang berada dalam suatu urusan dari umat ini, lalu ia tidak berbuat adil di antara mereka, kecuali Allah akan menjungkir balikkan (menjerumuskannya) ke dalam neraka.” (HR. Thabrani)

Orang yang meminta-minta jabatan, lalu tidak berbuat adil, maka tempatnya di neraka. Nabi SAW bersabda:

”Barangsiapa yang meminta untuk memegang pengadilan kaum muslimin, hingga ia dapat mencapainya. Kemudian keadilannya dapat mengalahkan kecurangannya, maka baginya surga. Apabila kecurangannya mengalahkan keadilannya (hingga ia memberikan keputusan yang tidak adil) maka baginya neraka.” (HR. Abu Dawud)

Keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu, bila tidak, maka akan terjadi kehancuran. Rasulullah mengingatkan dalam haditsnya sebagai berikut:

”Sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang sebelum kamu ialah apabila dari golongan yang terhormat melakukan pencurian mereka dibiarkan (tidak ditegakkan hukum atas mereka), sedangkan bila yang mencuri di antara mereka itu orang yang lemah, maka ditegakkan hukum atas mereka. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya Fatimah binti Muhammad melakukan pencurian, sungguh saya akan memotong tanganna.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

10. Sumpah Palsu
Termasuk dalam kategori dosa besar ialah sumpah palsu. Setiap orang berkewajiban untuk berlaku jujur dan menegakkan kebenaran. Orang yang melakukan sumpah palsu dan menjadikannya sebagai tameng agar kebenaran menjadi tertutup dan tidak terungkap, atau menjadikannya sebagai penghalang terhadap manusia dari jalan Allah, maka orang yang melakukan sumpah palsu itu akan terhina dalam kepedihan adzab api neraka yang menyala-nyala. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka menjadi perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat adzab yang menghinakan, harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikut pun (untuk menolong) dari adzab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Mujadilah: 16-17)

Allah SWT juga berfirman mengenai akibat buruk yang sangat menghinakan dan adzab yang sangat pedih, bagi orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapatkan bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat, dan tidak (pula) mensucikan mereka. Bagi mereka adzab yang pedih.”
(QS. Ali Imran: 77)

Orang yang merampas apa yang menjadi hak orang lain adalah dosa besar. Apalagi jika hal itu disertai sumpah palsu, sehingga apa yang menjadi hak orang lain seolah-olah menjadi haknya, maka Allah mengharamkan baginya masuk surga dan mewajibkannya masuk ke dalam neraka. Rasullah SAW bersabda:

”Dari Abi Umamah Iyas bin Tsa’labah Al-Haritsi RA, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang mengamnil hak orang muslim dengan sumpah palsu, maka Allah mewajibkan baginya masuk neraka dan mengharamkan surga darinya. Seseorang bertanya: Walaupun sedikit ya Rasulullah? Beliau menjawab: Walaupun (semisal) batang kayu arok (kayu yang biasa di pakai siwak).” (HR. Muslim)

Orang yang pandai bersilat lidah untuk memutar balik fakta kebenaran, sehingga kebenaran yang seharusnya menjadi hak orang lain terampas olehnya. Maka orang seperti ini akan mendapat siksa di dalam neraka sebagai balasan perbuatannya itu. Rasulullah SAW bersabda:

”Sesungguhnya saya adalah seorang manusia, kalian berdebat dan mengajukan suatu perkara kepadaku, mungkin sebagian dari kalian lebih pandai bersilat lidah dengan argumentasinya daeipada sebagian yang lain, sehingga saya akan memberikan padanya menurut apa yang saya dengar. Barang siapa yang saya putuuskan baginya atas hak saudaranya, maka sesungguhnya berarti saya akan memutuskan baginya dengan sepotong api neraka.” (Muttafaq ‘Alaih)

Demikian pula orang yang melakukan sumpah palsu ketika menawarkan barang dagangannya, maka ia akan dibiarkan Allah dalam keadaan terhina, tesiksa di dalam neraka. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abi Dzar, bahwa Nabi SAW bersabda:

”Ada tiga golongan pada hari kiamat, Allah tidak berbicara dengan mereka, tidak mensucikan mereka dan mereka mendapat siksa yang pedih, lalu beliau membacakan ayat: (“Seungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapatkan bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hai kiamat, dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka adzab yang pedih.” (QS. Ali Imran: 77) sebayak tiga kali. Abu Dzar berkata: Mereka tertipu, mereka rugi, siapakah mereka itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: Orang yang memanjangkan pakaiannya kerena sombong; orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya; dan orang yang menawarkan dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi)

11. Curang Ketika Menimbang dan Menakar
Termasuk dosa besar ialah berlaku curang dalam timbangan, takaran dan ukuran. Kecurangan dalam timbanga, takaran atau ukuran ini biasanya terjadi antara penjual dan pembeli. Ketika seseorang menjual sesuatu ia mengurangi takaran atau timbangan atau ukurannya, tetapi bila ia membeli atau menerima takaran atau ukuran dari orang lain ia penuhi bahkan dilebihkan. Perbuatan seperti itu merupakan dosa besar. Orang yang melakukannya akan celaka dan mendapatkan adzab di akhirat. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar dan menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifin: 1-3)

Dengan berlaku curang alam takar-menakar atau timbang-menimbang atau ukur-mengukur, akan berakibat buruk bagi pelakunya. Sebab Allah akan memutuskan anugerah dan keberkatan padanya. Nabi SAW bersabda:

”Tidak nampak khianat dalam suatu kaum kecuali Allah menjatuhkan ketakutan dalam hati mereka; dan tidaklah meluas zina dalam suatu kaum, melainkan akan banyak kematian di antara mereka; dan tidaklah suatu kaum mengurangi takaran atau timbangan, melainkan Allah akan memutukan rizki mereka; dan tidaklah suatu kaum memberikan hukuman dengan tidak benar, melainkan darah akan berceceran di antara mereka; dan suatu kaum tidak setia pada suatu perjanjian, melainkan musuh akan menguasai mereka.” (HR. Thabrani)

12. Korupsi dan Mencuri
Di antara yang masuk dalam kategori dosa besar ialahh melakukan korupsi atau pencurian. Allah SWT menjelaskan secara tegas di dalam Al-Qur’an mengena hukuman yang harus diberikan kepada para pencuri dan koruptor di dunia, sebagaimana dalam surat Al-Maidah berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksa dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah: 38)

Mengenai pencuri yang haru dipotong tangannya, Rasulullah SAW bersabda:

”Dari ‘Aisyah RA ia berkata, sesungguhnya Rasulullah memotong tangan pencuri, yang mencuri mencapai seperempat dinar ke atas.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan mengenai pencuri yang kurang dari seperempat dinar, hukumnya bukan potong tangan. Nabi SAW bersabda:

”Janganlah kamu sekali-kali memotong tangan orang yang mencuri yang nilainya kurang dari seperempat dinar.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW jug bersabda, bahwa sebagai hukuman bagi orang yang mencuri atau merampas hak orang lain, ialah haram baginya surga. Perhatikan hadits berikut ini:

”Dari Abu Umamah Iyas bin Tsa’labah Al-Haritsi RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang mengambil hak seorang muslim dengan tangan kanannya (di bawah sumpahnya), maka Allah mewajibkan kepadanya masuk neraka dan mengharamkannya masuk surga. Seorang lelaki berkata: Meskipun sesuatu itu sedikit ya Rasulullah? Beliau menjawab: Meskipun (semisal) kayu arak.” (HR. Muslim)

Nabi SAW memberitahukan tentang terlepasnya keimanan dari seseorang ketika ia mencuri. Sebagaimana sabda beliau berikut ini:

”Tidaklah seorang pezina itu ketika berzina dalam keadaan beriman, dan tidaklah seorang pencuri ketika mencuri itu dia beriman, tidaklah seorang peminum itu ketika minum khamar dia beriman, dan tidaklah orang yang terhormat itu ketika tersesat ia beriman.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Sumber: Judul Buku: Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka
Penyusun: Moh Samsi Hasan

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka (Bag. 3)

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

___________________________________________________________________________

III. Faktor-Faktor Penyebab Masuk Neraka
___________________________________________________________________________



A. Hal-hal Yang Mentebabkan Masuk Neraka

1. Kekafiran
Orang yang tidak ber-Tuhan dan mengingkari adanya Allah sebagai Tuhan serta tidak mengakui Rasul-Rasul utusan-Nya dialah orang yang kafir. Ia tidak mempercayai adanya Allah dan sifat-sifat ke-Tuhan-an yang dimiliki-Nya. Menolak para Rasul Allah dan ajaran-ajaran yang dibawa oleh para Rasul itu. Kekafiran merupakan faktor utama yang membuat seseorang menjadi penghuni neraka. Kekal selama-lamanya. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan secara tegas bahwa orang-orang kafir akan masuk ke dalam neraka dan mereka kekal di dalamnya. Di antaranya ialah firman Allah SWT:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Adapun orang-orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah: 39)

Imam At-Thabrani meriwayatkan bahwasanya orang-orang kafir itu menjadi penghuni neraka dan bagi mereka tidak mungkin dapat merasakan kesenangan-kesenangan di dalam surga. Mereka tidak dapat disebut sebagai orang yang hidup dan tidak pula mati (di dalam neraka), karena begitu Allah menyiksa mereka sampai hancur, Allah menghidupkan (memulihkan kondisi tubuhnya seperti semula) untuk disiksa kembali. Begitulah penderitaan itu terjadi selama-lamanya. Demikian sebagaimana yang disebutkan di dalam tafsir Ibnu Katsir.

Mereka yang kafir yang mati dalam kekafirannya itu mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat, dan semua manusia. Mereka itulah yang kekal di dalam neraka, tanpa mendapatkan keringanan siksaan sedikitpun. Seperti firman Allah SWT berikut ini:Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mereka mat dalam kekafiran, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia-manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu, tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” (QS. Al-Baqarah: 161-162)

Allah SWT menjelaskan bahwa kekekalan mereka dalam neraka adalah disebabkan oleh kekafiran dan kemusyrikan mereka. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat): Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir. Mereka menjawab: Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)? Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Mu’min: 10-12)

Neraka yang menyala-nyala itulah balasan bagi orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka kekal di dalam neraka itu selama-lamanya. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang kafir neraka yang menyala-nyala.”
(QS. Al-Fath: 13)

Dan firman Allah SWT:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya, dan orang-orang itulah (yang diletakkan) belenggu-belenggu di lehernya. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Ar-Ra’d: 5)

2. Kemusyrikan
Musyrik ialah orang yang menyekutukan Allah dengan sesuatu. Sedangkan perbuatan menyekutukan-Nya dengan sesuatu itu disebut syirik. Orang yang menyembah kepada yang selain Allah termasuk dalam kategori orang musyrik. Demikian pula orang yang menyejajarkan sesuatu dengan-Nya. Orang yang beribadah bukan karena Allah dan mempersembahkan peribadatannya kepada yang selain-Nya, dia telah melakukan kemusyrikan.

Syirik merupakan kedzaliman yang paling besar dan paling besar pula dosannya. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan pelajaran kepadanya: “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah nyata-nyata kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Begitu besar dan kejinya dosa syirik itu, sehingga Allah tidak berkenan mengampuninya. Sebagaiaman dijelaskan dalam ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
(QS. An-Nisa’: 48)

Barangsiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu, Allah mengharamkan surga baginya dan tempatnya adalah di neraka. Sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Maidah berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maidah: 72)

Mengenai orang-orang yang mempersekutukan dan menyamakan tuhan-tuhan mereka dengan Allah, Tuhan semesta alam; menyembah sesembahan dan menjadikan berhala-berhala yang mereka sembah itu akan dijungkir balikkan di dalam neraka. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT dalam surat Asy-Syu’ara’ berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Maka mereka (sesembahan-sesembahan itu) dijungkir ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan bala tentara iblis semuanya. Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka: Demi Allah sesungguhnya kami dahulu (di dunia) dalam kesesatan, karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam.”
(QS. Asy-Syuara’: 94-98)

Mengenai siksa neraka yang ditimpakan kepada orang-orang yang menyekutukan Allah, hingga mati dalam kemusyrikan dan kekafiran, sebagaiaman dijelaskan dalam ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan wahyu yang dibawa oleh Rasul-Rasul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui, ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api, kemudian dikatakan kepada mereka: Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan, (yang kamu sembah) selain Allah? Mereka menjawab: Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tidak pernah menyembah sesuatu. Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir. Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria (dalam kemaksiatan). (Dikatakan kepada mereka): Masuklah kamu ke pintu-pintu Jahanam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itu seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong.” (QS. Al-Mu’min: 70-76)

3. Kemunafikan
Orang yang ucapannya tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya berarti dia telah melakukan kemunafikan. Di dalam bibirnya mengaku beriman tetapi hatinya tidak. Ucapan yang mengaku beriman, tetapi hatinya ingkar, mulutnya bicara manis, seolah-olah sebagai orang Islam bahkan bergaya sebagai pembela Islam, tetapi sesungguhnya hatinya busuk dan penuh tipu daya. Bahkan menjadi musuh bebuyutan Islam. Inilah sesungguhnya orang yang paling berbahaya. Oleh sebab itu Allah mengancam mereka sebagai penghuni neraka yang paling dalam dan paling keras siksanya.

Apabila orang-orang munafik itu bertemu dengan orang yang beriman, mereka mengatakan bahwa dirinya telah beriman. Namun ketika kembali pada golongan setan-setan mereka mengatakan bahwa dirinya sependirian dengan setan-setan itu. Pengakuan keimanan mereka di hadapan orang-orang mukmin, tidak lain hanyalah olok-olok belaka. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal sesungguhnya mereka telah menipu diri mereka sendiri. Allah SWT menjelaskan perilaku mereka sebagaimana dalam ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Di antara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukanlah orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 8-9)

Nabi SAW mencirikan orang munafik itu dalam tiga hal, sebagaimana yang diungkapkan dalam hadits beliau ini:

”Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu: Apabila berbicara, ia dusta; apabila ia berjanji, ia mengingkari; apabila dipercaya, ia khianat.”

Allah SWT melaknat dan berjanji untuk menyiksa orang-orang munafik di dalam neraka yang paling dalam, abadi selama-lamanya. Sebagaimana firman Allah SWT:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah melaknati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal.” (QS. At-Taubah: 68)

Allah SWT memberitahukan kepada kita bahwa tempat orang-orang munafik itu berada di tingkat neraka yang paling bawah, paling panas dan paling hebat kepedihan siksanya. Firman Allah SWT:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 145)

Hal itu, disebabkan orang munafik adalah orang yang berbahaya bagi Islam dan kaum muslimin. Sebab secara lahir orang-orang munafik itu seakan-akan sebagai penganut Islam, padahal sesungguhnya mereka adalah musuh dalam selimut, yang sangat berbahaya.

4. Kemurtadan
Orang Islam yang keluar dari agama Islam dinamakan murtad. Sedangkan perbuatan yang menyebabkan dia murtad dinamakan riddah. Orang murtad bisa disebabkan oleh banyak hal, tidak mempercayai salah satu dari rukun Islam atau rukun Iman, menghina dan mempermiankan agama, mengharakan yang halal dan menghalalkan yang haram dan lain sebagainya.

Orang yang murtad atau keluar dari Islam, hingga mati dalam kemurtadan dan kekafirannya itu, maka tempatnya tiada lain kecuali neraka. Sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah SWT berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Barangsiapa yang murtad dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka amal mereka menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 217)

Demikian faktor-faktor yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka dan menjadi penghuni neraka kekal selama-lamanya. Na’udzu billah min dzalik.

B. Dosa-Dosa Besar

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni NerakaDi samping faktor-faktor tersebut di atas yang menyebabkan seseorang menjadi penghuni abadi di dalam neraka, masih banyak faktor lain yang membuat seseorang masuk ke dalam neraka. Pada dasarnya setiap perbuatan dosa dapat mengancam pelakunya masuk ke dalam neraka, bila tidak mau bertaubat secara sungguh-sungguh kepada Allah SWT. Namun ada banyak dosa-dosa yang masuk dalam kategori dosa besar yang sangat membuka peluang serta mengantarkan pelakunya ke dalam neraka. Dosa bagaikan racun yang sangat berbahaya dan merupakan momok dalam kehidupan manusia.

Setiap prilaku dosa akan mengundang bencana dan malapetaka bagi pelakunya baik di dunia terutama di akhirat kelak. Seberapa pun kecilnya dosa jangan dianggap remeh, sebab dosa-dosa kecil bila dibiarkan dan dianggap remeh, lambat laun akan menjadi besar yang akan membahayakan dan membuat pelakunya di ancam dengan siksa. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka.” (QS. Al-Qamar: 47)

Rasulullah SAW bersabda, mengenai dosa-dosa yang termasuk kualitifikasi dosa besar, yaitu beliau bersabda:

”Sudikah anda saya tunjukkan tentang dosa-dosa yang paling besar? – Beliau mengulangi sampai tiga kali – Lalu kami (para sahabat) menjawab; Baiklah ya Rasulullah. Lalu beliau bersabda: Menyekutukan Allah; durhaka kepada kedua orangtua; kemudian beliau duduk seraya berkata lagi: Ingatlah, ucapan dusta dan sumpah palsu (juga termasuk dosa yang paling besar). Beliau mengulanginya berkali-kali, sampai kami berharap agar beliau berhenti (diam).” (Muttafaq ‘Alaih)

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW menjelaskan tujuh dosa besar yang akan membinasakan pelakunya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Jauhilah tujuh perbuatan (dosa besar) yang membinasakan. Para sahabat berkata: Apakah itu, ya Rasulullah? Nabi SAW menjawab: Menyekutukan Allah; sihir; membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar; makan riba; makan harta anak yatim; lari dari peperangan; dan menuduh berzina perempuan yang terpelihara, yang lalai dan yang beriman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika ditanya mengenai dosa dan amalan penghuni neraka, ia menjawab: “Amalan penghuni neraka adalah menyekutukan Allah; mendustakan para Rasul; kekafiran; dengki; dusta; khianat; kezaliman; perbuatan keji; kecurangan; memutuskan hubungan kekerabatan; enggan berjihad; kikir; perbedaan lahir dan batin; putus asa dari rahmat Allah; merasa aman dari adzab Allah; berkeluh kesah ketika mengalami musibah; bangga dan sombong ketika mendapatkan nikmat; meninggalkan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah; melanggar hukum-hukum-Nya; melanggar kemuliaan-Nya; takut kepada makhluk dan tidak takut kepada Al-Khaliq; beramal karena riya’ dan mencari kemasyhuran; menentang Al-Kitab dan As-Sunnah baik secara iktikad maupun perbuatan; taat kepada makhluk dalam mendurhakai Al-Khaliq; fanatisme kepad sesuatu yang batil; mengejek ayat-ayat Allah; mengingkari kebenaran; menyembunyikan ilmu dan kesaksian yang wajib disiarkan; sihir; durhaka kepada orangtua (ibu bapak); membunuh jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar; makan harta anak yatim; melakukan riba; lari dari peperangan dan menuduh perempuan-perempuan yang terpelihara yang lalai dan beriman.”

Di antara hal-hal lain yang termasuk dosa besar yang akan mengantarkan pelakunya ke dalam neraka ialah:

1. Sihir
Sihir termasuk dalam kategori dosa yang terbesar yang akan menghancurkan pelakunya, sebagimana disebutkan dalam hadits di atas. Allah SWT berfirman, menjelaskan tentang perilaku setan-setan yang mengajarkan sihir kepada manusia dan kejahatannya. Sebagimana dalam ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kita Allah) dengan sihir itu, tidaklah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 102)

Tukang sihir dan yang membenarkannya, dukun atau tukang ramal yang bekerja sama dengan setan-setan dalam kemusyrikan dan kekufuran, tidak akan masuk surga, sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

”Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga, yaitu: peminum khamar; orang yang memutuskan hubungan persaudaraan; dan orang yang membenarkan sihir.” (HR. Imam Ahmad)

2. Membunuh Jiwa Tanpa Hak
Islam melarang keras untuk melakukan pembunuhan. Membunuh atau menghilangkan nyawa seseorang tanpa adanya alasan yang dibenarkan menurut syariat Islam, merupakan dosa besar. Orang yang membunuh orang Islam tanpa adanya alasan yang benar, akan mendapatkan laknat dari Allah serta kelak di akhirat akan dibalas dengan neraka Jahannam. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan barangsiapa yang membunuh seorang muslim dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, an mengutukinya, serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa’: 93)

Dalam ayat lain juga dijelaskan mengenai dosa dan azab bagi orang yang melakukan pembunuhan tanpa hak. Sebagaimana dalam ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dlipat gandakan azab untuknya pada hari kiamatdan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal shaleh.” (QS. Al-Furqan: 68-70)

Haram membunuh jiwa yang muslim, kecuali dengan salah satu alasan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Tidak halal menumpahkan darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku (Muhammad) utusan Allah, melainkan dengan salah satu dari tiga alasan; jiwa dibalas dengan jiwa, perempuan yang bersuami yang berzina dengan orang yang meninggalkan agamanya, yang memisahkan diri dari jema’ah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

”Orang mukmin tetap dalam kelonggaran agamanya selama ia tidak menumpahkan darah haram. Ibnu Umar berkata: Sesungguhnya termasuk kesulitan yang tidak ada jalan keluar bagi orang yang menjerumuskan dirinya di dalamnya (kesulitan itu) ialah menumpahkan darah haram tanpa alasan yang benar.” (HR. Muslim)

Dosa besar bagi orang yang membunuh orang mukmin dengan sengaja itu, juga sebagaimana dijelaskan di dalam hadits Rasulullah SAW berikut ini:

”Semua dosa itu berkemungkinan untuk dapat diampuni oleh Allah, kecuali dosa-dosa orang yang mati kafir atau dosa orang yang membunuh orang mukmin dengan sengaja.”
(HR. Nasa’i dan Hakim)

Begitu besarnya dosa pembunuhan terhadap orang yang berimanitu, disebutkan dalam hadits lain bahwa bagi orang yang membantu pembunuhan terhadap orang mukmin, walaupun dengan satu kata saja, maka ia dicatat sebagai orang yang terputus dari rahmat Allah. Sebagaimana keterangan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad berikut ini:

”Barangsiapa yang membantu untuk membunuh orang Islam, meskipun hanay dangan sepatah kata, maka Allah menulis di keningnya sebagai orang yang terputus dari rahmat Allah.” (HR. Ahmad)

3. Memakan Riba’
Memakan riba’ termasuk dosa besar yang akan membinasakan pelakunya, sebagaiaman disebutkan dalam hadits yang telah disebutkan di atas. Menurut sebagian ulama riba’ itu ada empat macam, yaitu:

Pertama: Riba’ Fadli, yaitu penukaran dua barang yang sejenis dengan tidak sama.

Kedua: Riba’ Qardhi, yaitu meminjam dengan syarat ada keuntungan bagi yang mempiutang.

Ketiga: Riba’ Yad, bercerai atau meninggalkan tempat jual beli sebelum terjadi timbang terima.

Keempat: Riba’ Nasa’, yaitu penukaran yang diisyaratkan terlambat salah satu dari dua barang itu.

Allah SWT berfirman mengenai orang-orang yang makan riba’ setelah sampai pada mereka tentang pengharaman Allah atas riba’. Seperti ayat berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Orang yang kembali (mengambil riba’), maka orang itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275)

Allah SWT juga berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba’ dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.”
(QS. Ali Imran: 130-131)

Allah SWT memerintahkan kepada orang yang beriman untuk meninggalkan riba’, jika tidak maka Allah dan Rasul-Nya akan memeranginya. Sebagaimana firman Allah SWT berikuti ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa riba’ (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba’) maka ketehuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba’) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 278-279)

Sesungguhnya harta riba’ itu tidaklah bertambah di sisi Allah, tetapi justru Allah akan memusnahkan harta yang diambil dengan cara riba’. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan sesuatu riba’ (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba’ itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Ruum: 39)

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Allah memusnahkan riba’ dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah: 276)

Nabi SAW memberikan gambaran mengena dosa riba’ itu sebagaimana yang diungkapkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda:

”Riba’ itu ada tujuh puluh macam (tingkatan) dosanya, dan riba’ yang paling ringan dosanya ialah seperti dosa seseorang yang berzina dengan ibunya sendiri.”

Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan:

”Dosa riba’ yang aling ringan ialah seperti dosa seseorang yang menikahi ibunya sendiri.”
(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)

Ibnu Majah meriwayatkan:

”Tidaklah merata riba’ pada suatu kaum, kecuali akan merata pula kegilaan pada mereka. Dan tidaklah zina merajalela pada suatu kaum, melainkan akan merajalela pula kematian pada mereka, dan suatu kaum tidaklah curang dalam takaran atau timbangan, kecuali Allah akan menghalangi mereka dari kesejahteraan.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim)

Orang-orang yang terlibat dalam transaksi secara riba’ itu juga mendapatkan laknat Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Jabir RA berkut ini:

”Rasulullah SAW melaknati orang yang makan riba’, yang mewakilinya, penulisnya, dan dua saksinya.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat yang lain juga dijelaskan:

”Allah melaknati riba’, orang yang makan riba, orang yang memberi makan riba’ dan yang menjadi saksi riba’, sedang mereka itu mengetahui; wanita yang menyambung rambutnya, wanita yang meminta disambung rambutnya, wanita yang membuat tahi lalat palsu, wanita yang minta dibuatkan tahi lalat, wanita yang berhias dengan mencabuti rambutnya dan wanita yang dihias dengan cabutan rambut.” (HR. Thabrani)

4. Berlaku Sombong
Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni NerakaBerlaku sombong termasuk dosa besar. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Allah Ta’ala berfirman: Kebesaran (kesombongan) itu selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Barangsiapa merebutnya dari-Ku salah satu dari keduanya, maka Aku memasukkan dia ke dalam api neraka.” Dalam suatu riwayat: “Aku membuat dia merasakan (tersiksa) api neraka.” (HR. Muslim)

Orang yang membanggakan diri sendiri secara berlebihan sehingga menganggap dirinya lebih tinggi, lebih unggul, lebih hebat dari segala hal, tak ada selainnya yang melebihi dirinya merupakan orang yang sombong. Sombong merupakan tabiat iblis dan dengan kesombongannya itulah iblis diusir dari surga dan menjadi terhina di dalam neraka. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam. Maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabbur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 34)

Allah SWT melarang kepada manusia berlaku sombong di muka bumi, sebagaimana yang tertuang dalam nasehat dan pesan Luqman kepada anaknya. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan janganlah kamu memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Lukman: 18)

Sifat sombong itu akan menutup hati seseorang untuk menerima kebenaran agama. Al-Qur’an mensifati orang yang sombong itu, bila datang kepadanya suatu kebenaran dan jalan petunjuk, ia akan berpaling dan mendustakannya. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya.” (QS. Al-A’raf: 146)

Allah benar-benar tidak menyukai orang-orang yang berlaku sombong. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (QS. An-Nahl: 23)

Kesombongan merupakan penghalang bagi pelakunya untuk masuk ke dalam surga, sehingga orang yang masih menyimpan kesombongan di dalam hatinya sekecil apa punmembuatnya tidak bisa masuk surga. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

”Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat kesombongan seberat atom (dzarrah). Seorang lelaki berkata: Ada orang yang suka memakai baju bagus dan sandal bagus. Nabi SAW bersabda: Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah mengingkari kebenaran dan menghina orang lain.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW juga bersabda:

Yang artinya: ”Dari Abdullah bin Mas’ud RA, dari Nabi SAW beliau bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau seberat dzarrah (atom).” (HR. Muslim)

Orang-orang yang sombong, berhati batu tanpa mengenal belas kasihan adalah ahli neraka. Sebagaimana sabda Rasululah SAW yang diriwayatkan dari Haritsah bin Wahab RA ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

”Perhatikanlah, aku beritahukan anda tentang ahli neraka, yaitu seetiap orang yang berhati kasar, bertabiat keras lagi ssombong.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Terhadap orang-orang yang sombong, Allah telah menyediakan tempat yang hina dan siksaan yang pedih di dalam neraka. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan orang-orang yang mendustakan ayat Kami dan menyombongkan dirinya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-A’raf: 36)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tempat penyiksaan bagi orang-orang yang sombong. Di antaranya:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih.” (QS. Lukman: 7)

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada yempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. Az-Zumar: 60)

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu.” (QS. An-Nahl: 29)

5. Berzina
Zina merupakan perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Bahkan mendekatinya saja dilarang secara tegas di dalam Al-Qur’an. Orang yang melakukan zina berarti melanggar larangan Allah dan melakukan perbuatan keji yang sangat besar dosanya. Zina dapat diartikan sebagai hubungan seksual antara orang laki-laki dengan perempuan di luar perikahan yang sah. Dua pasangan laki-laki dan perempuan sudah dikatakan telah melakukan perzinaan (persenggamaan) yang sesungguhnya bila telah terjadi penertasi antara dua alat kelamin, walau pun tidak sampai terjadi ejakulasi, atau belum mencapai puncak persenggamaan (orgasme).

Apapun bentuknya perzinahan baik yang bersifat komersial atau non komersial, suka sama suka ataupun tidak, haruslah dijauhi, karena merupakan perbuatan keji yang diharamkan Allah SWT. Allah SWT berfirman:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu niscaya dia mendapat (pembalasan ) dosan(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh.” (QS. Al-Furqan: 68-70)

Zina termasuk dosa besar setelah syirik. Sebagaiaman sabda Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Thabrani berikut ini:

”Tidak ada dosa yang lebih besar di sisi Allah sesudah syirik, melebihi dosa orang yang menumpahkan spermanya pada perempuan yang tidak halal baginya (berzina).”
(HR. Ahmad dan Thabrani)

Nabi SAW juga bersabda menjelaskan tentang keimanan orang yang melakukan perzinaan:

”Tidaklah seorang pezina itu ketika berzina ia dalam keadaan beriman, dan tidaklah seorang pencuri ketika mencuri itu dia beriman, tidaklah seorang peminum itu ketika minum khamar dia beriman, dan tidaklah orang-orang yang terhormat itu, ketika tersesat ia beriman.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hal ini, Anas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

”Sesungguhnya iman itu bagaikan baju yang dipakaikan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, jika seorang hamba itu bezina, maka Allah melepaskan baju iman itu daripadanya. Jika dia bertaubat, maka Allah akan mengembalikannya pada hamba itu.”
(HR. Baihaqi)

Adapun mengenai hukum di dunia bagi orang yang berzina itu dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka

Yang artinya: ”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan sekumpulan dari orng-orang yang beriman.” (QS. An-Nuur: 2)

Imam Baihaqi meriwayatkan akibat buruk bagi para pezina baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW brsabda:

”Wahai kaum muslimin, takutlah kamu akan berbuat zina, sebab dalam zina ada enam perkara (akibat negatif), tiga di dunia dan tiga (yang lainnya) di akhirat. Adapun yang di dunia ialah, hilangnya sinar (keimanan) di wajahnya; memperpendek umurnya; dan membuatnya selalu dalam kefakirang. Sedangkan yang tiga di akhirat itu ialah, mendapatkan murka Allah Ta’ala; kehinaan hisab; dan adzab neraka.” (HR. Baihaqi)

Samurah bin Jundub meriwayatkan, bahwa pada suatu ketika Nabi Muhammad SAW kedatangan Malaikat Jibril dan Mikail, lalu ketiga berjalan bersama-sama, setelah sampai di suatu tempat Nabi SAW melihat pemandangan adzab yang mengerikan. Dan adzab itu tiada lain merupakan siksaan bagi orang-orang yang berzina. Selengkapnya sebagaimana sabda beliau berikut ini:

”Kami (bertiga) berangkat, dan sampailah kami pada suatu dapur api, di mana sebelah atasnya sempit sedangkan sebelah bawahnya besar, dari dalamnya terdengar jeritan-jeritan suara yang keras. Beliau berkata: Kami mengamatidan melihat dapur tersebut, ternyata di dalam dapur api terdapat orang laki-laki dan perempuan yang telanjang tak berpakaian, tiba-tiba mereka menyalakan api dari bawah mereka dan seketika itu mereka berteriak-teriak dan menjerit-jerit kepanasan. Lalu aku bertanya: Siapakah orang-orang itu wahai Jibril? Malaikat Jibril menjawab: Itulah orang laki-laki dan perempuan yang berzina dan itulah adzab mereka sampai hari kiamat nanti.” (HR. Bukhari)

Kelak pada hari kiamat, dikatakan kepada para pezina itu agar mereka masuk ke dalam neraka bersama dengan orang-orang yang masuk neraka. Rasulullah SAW bersabda:

”Orang yang berzina dengan istri tetangganya, tidak mendapatkan pandangan (rahmat) dari Allah, dan tidak pula Allah mensucikannya dan Dia berkata: Masuklah ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang masuk neraka.” (HR. Ibnu Ubay)

Rasulullah SAW juga bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Thabrani:

”Sesungguhnya orang-orang yang berzina itu, wajah-wajah mereka menyalakan api yang menyala-nyala.” (HR. Thabrani)

Sumber: Judul Buku: Kedahsyatan Siksaan dan Rintihan Para Penghuni Neraka
Penyusun: Moh Samsi Hasan