Senin, 23 Juli 2012

Bulan Ibadah



LEMABANG 2008

Oleh : Prof Djalaluddin

Bangsa Arab membari sesuatu nama bagi setiap dari 12 bulan dalam setahun. Dengan adanya nama itu, mereka dapat membedakan antara bulan yang satu dengan bulan berikutnya. Dalam tradisi Arab Jahiliyah, penamaan bulan didasarkan pada peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa itu.

Misalnya bulan pertama disebut Mu'tamar dan bulan kedua adalah Najizan. Bulan Shafar dirujuk dari peringatan hari pasar (kalangan) di Shafariah Yaman. Rabu' al-Awwal dan Rabi' al-Akhir bertepatan dengan awal dan akhir musim semi (Rabi'). Selanjutnya, saat tiba musim dingin, dari awal hingga berakhir, digunakan nama Jumada al-Awwal dan Jumada al-Akhirb (Jamad = salju). Sesudah itu ada rentang masa yang oleh masyarakat Jahiliyah mereka harus "meninggalkan" permusuhan. Rentang masa ini dibakukan sebagai nama bulan, Yakni Rajab.

Ketika masyarakat Jahiliyah keluar kawasan untuk mencari nafkah, mereka bertebaran ke barbagai penjuru (pelosok) negeri. Bulan tersebut dimanakan Sya'ban (insyi'ab = bertebaran). Sebulan sesudah itu terjadi peruahan cuaca. Mulai berlangsung musim panas. Rentang waktu sebulan itu diletakkan kenama bulan, yaitu Ramadhan (Ramad = panas). Musim panas, ternyata ikut mempengaruhi unta, yakni sering menegak-negakan ekornya. Perilaku hewan padang pasir ini dimitoskan sebagai alamat tidak baik untuk mengadakan perjanjian. Termasuk perkawinan. Bulan ini mereka namakan Syawwal.

Dua bulan terakhir bertepatan dengan musim haji. Menjelang musim haji kabilah Arab bersepakat untuk tidak mengadakan peperangan. Bulan yang dimanakan Dzul-Qa'dah (qa'adu = menyingkir dari). Lalu tibalah musim haji yang dinamakan Dzul-Hijjah. Saat dilakukannya ibadah haji dalam tradisi Arab Jahiliyah. Setelah Islam, beberapa nama dari bulan yang dimaksud tetap dipakai.

Setelah ditetapkannya sistem kalender Islam, nama-nama bulan itu dibakukan menjadi seperti yang kita kenal sekarang, yakni: Muharram, Safar, Rabu'ul Awwal, Rabi'ul Akhir, Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawwal, Dzulkaidah, dan Dzulhijjah.

Beda dengan apa yang dilakukan masyarakat Jahiliyah, penamaan bulan dalam Islam dikaitkan dengan nilai-nilai ibadah. Ramadhan tidak hanya dihubungkan dengan perubahan iklim, yakni "musim panas." Dalam konsep ajaran Islam Ramadhan sudah dilebur ke dalam kancah "ibadah khusus (mahdhah)." Ibadah wajib bagi pengikut Nabi Muhammad SAW. Firman Allah SWT:

"Hai orang-orang yanng beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa." (QS. Al-Baqarah: 184)



Ibadah puasa ternyata memiliki latarbelakang sejarah yang cukup panjang. Informasi Al-Qur'an mengindikasikan bahwa kewajiban mwnjalankan ibadah puasa juga sudah diberlakukan bagi umat-umat para Rasul sebelum ke-Rasulan Muhammad SAW. Di antaranya ibadah puasa yang dilakukan Nabi Dawud AS.

Abd Al-Rahman ibn Amir prnah bertanya kepada Rasulullah SAW, tentang puasa Nabi Dawud. Beliau menjawab: "Dawud berpuasa satu hari dan berbuka satu hari." (Sayyid Sabiq). Berpuasa secara berselang-seling, sepanjang tahun. Ibada puasa seperti itulah yang dilakukan oleh ummat semasa Nabi Dawud AS.

Dawud AS adalah seorang mujahid. Beliau tidak pernah makan, kecuali dari apa yang dihasilkannya. Profesinya adalah sebagai pandai besi (Ahmad al-Usairy, 2003: 44). Namun demikian Allah telah memberikan sejumlah keistimewaan kepada Dawud AS. Allah SWT berfirman:

"Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah bersama Dawud. Dan Kami telah mmelunakkan besi untuknya." (QS. Saba': 10)



"Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud." (QS. An-Nisaa': 163)



Sumatera Ekspres, Minggu, 22 Juli 2012

3 komentar:

  1. Mohon maaf lahir dan batin ya mas :)

    Semoga bulan ini menjadi bulan yang penuh hikmah :)

    BalasHapus
  2. amin... mohon maaf lahir dan bathin juga, Mas Abed. maaf baru bisa jawab komentar Mas Abed

    BalasHapus