Selasa, 18 September 2012

Pahalawan

Oleh : Drs. H. Umar Sa'id


"Sesunggahnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat ikhsan (kebajikan), dan membantu kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuat keji, kemungkaran dan permusuhan (zalim). Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl: 90)

Ayat tersebut di atas menjelaskan kepada kita tentang pokok-pokok akhlak yang baik, yang selalu didengar oleh setiap pribadi yang ikut melakukan shalat Jum'at, sebab di akhir khutbah kedua khatib selalu menyampaikan ayat tersebut. Ayat tersebut memunyai nilai tersendiri dalam Islam. Ibnu Mas'ud, sahabat Nabi SAW menjelaskan, bahwa ayat ini banyak mencakup persoalan-persoalan dalam Al-Qur'an. Di dalamnya ditemukan ada enam prinsip pokok yang digariskan Allah SWT. Tiga bentuk perintah yaitu:

1. Adil
2. Ihsan
3. Menyantuni keluarga kerabat

Tiga berbentuk larangan yaitu:

1. Berbuat "Fakhsya"
2. Melarang kemunkaran
3. Menjauhi kezaliman

Salah satu dari enam prinsip pokok akhlak yang baik itu adalah ihsan (sikap baik) yaitu sikap yang baik dan berkebaikan dalam segala sesuatu pada saat apapun. Walaupun ihsan itu mempunyai beberapa arti, namun di sini mencakup segala pribadi yang dapat dirasakan menyenangkan dan mengikat hati, baik dalam lingkungan rumah tangga, maupun dalam masyarakat dan negara. Ada ihsan seperti yangg disbutkan dalam sebuah hadits Nabi SAW:

"Engkau sembah Allah, seolah-olah engkau melihat-Nya, namun jika engkau tidak bisa melihat-Nya maka Dia melihatengkau." (HR. Muslim dari Umar bin Khathab)

Kalau makna "ihsan" ini dapat dimiliki, maka dia merupakan dasar dan pupuk untuk lahirnya sikap ihsan dalam pergaulan yaitu sikap yang positif yang manis dan indah. Malah tidak heran kalau ahli hikmah menasehatkan bahwa seni itu bukan sekedar keahlian dalam membuat ukiran-ukiran, menyusun kata-kata dalam lagu dan nada atau memainkan kuas dalam wujud lukisan. Tetapi seni mencakup kemampuan seseorang untuk membawa dirinya dalam bersikap sampai ahir dari dirinya sikap yang baik dan berkebaikan, menyejukkan hati dan perasaan, memang itulah hakekat seni.

Alangkah terhormatnya seorang muslim bila dalam berpakaian dia selalu menginginkan yang rapi dan bagus. Tetapi kenapa sikap yang demikian itu tidak disertakan sebagian dari orang dalam sehari-hari dalam berbuat dan bertindak? Perindahlah hidup degan sikap manis dan berbaikan.

Orang-orang yang beriman selalu bersikap ihsan dalam segala hal. Yang dimaksud dengan ihsan sebagaimana dijelaskkan dalam tafsir "Al Maraghi" ialah berbuat baik dengan melaksanakan segala hal yang difardhukan Allah SWT, menegakkan hak-hak Allah, dengan tetap setia melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Firman Allah SWT:

"Dan barangsiapa yang menyerahka dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telaah berpegang kepada buhul tali yang kokoh dan hanya kepada Allah kesudahan segala sesuatu." (QS. Lukman: 22)

Ayat di atas menegaskan, bahwa barang siapa yang telah menyerahkan diri kepada Allah secara bulat, sedang ia selalu melakukan ihsan, maka ia telah berpegang kepada tali yang kokoh dengan kuat, maksudnya ia akan selalu selamat dalam menempuh segala rintangan dan halangan dalam kehiidupan ini.

Pada ayat lain:

"(Tidak demikian), bahwa barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia berbuat kebajikan, maka baginya pahala disisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati." (QS. Al-Baqarah: 112)

Di sini diungkapkan, bahwa orang yang dengan sepenuh hati menyerahkan diri kepada Allah, diiringi dengan perbuatan-perbuatan yang baik (ihsan) mereka akan menerima pahala disisi Allah. Dan mereka tidak usah khawatir. Di akhirat nanti mereka akan ditempatkan di dalam surga Jannatun Na'im. Itulah sebabnya di akhir surat An-Nahl ditegaskan lagi:

"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang berbuat ihsan." (QS. An-Nahl: 128)

Demikianlah wahyu menjawab pertanyaan menggundahkan sanubari manusia yang berfikir dan merenungkan hakikatnya hidup darimana datangnya, kemana akan perginya dan bagaimana caranya. Sebab banyak orang yang lupa diri. Seolah-olah mereka hanya muncul begitu saja di dunia dan mereka tidak menyadari untuk apa mereka hidup di dunia ini.

Oleh sebab itu, mari kita kembali kepada Al-Qur'an. Sehingga kita akan menyadari diri kita ini untuk apa diciptakan dan dengan tuntunan Al-Qur'an pula kita akan dapat berbuat baik (ihsan) baik ihsan kepada Allah, terhadap sesama manusia dan kepada seluruh makhluk Allah. Karena hanya dengan berbuat ihsan itulah kita bisa mencapai "Muttaqin" (orang yang bertaqwa). Hanya orang yang bertaqwalah yang dijamin akan berbahagia di dunia dan berbahagia di akhirat.

Jadi ihsan adalah hubungan hati dengan Allah dan Rasul-Nya serta sesama dengan cinta yang mendalam dan kesetiaan yang benar serta kesediaan berkorban dengan harta dan jiwa yang membuat seseorang lebur dalam Islam, sehingga mereka layak memperoleh gelar sebagai pahalawan.

0 komentar:

Posting Komentar